Kamis, 15 September 2022

Belajar dari Dua Tragedi

SEPTEMBER, bulan yang selalu mengingatkan kita kepada dua peristiwa berdarah. Pertama, peristiwa pembantaian tujuh jenderal oleh kader Partai Komunis Indonesia (PKI). Peristiwa ini tepatnya terjadi pada 30 September tahun 1965. 


Lewat peristiwa ini, Allah Ta'ala menunjukkan kepada kita siapa sesungguhnya PKI. Kita menjadi tahu bahwa PKI tak sekadar sesat secara paham, tapi juga berbahaya secara gerakan. Mereka ingin mengambil alih kekuasaan dengan darah.

Sepuluh tahun sebelumnya, tepatnya pada 1955, PKI berhasil menempati urutan keempat sebagai partai pemenang pemilu dengan jumlah suara 16,4%. Adapun Masyumi, ketika itu, menempati urutan kedua dengan peroleh suara 20,9%. 

Namun, setelah rencana perebutan kekuasaan tahun 1965 itu gagal, PKI langsung habis. Masyarakat segera sadar bahwa PKI adalah pemberontak. Lubang buaya, tempat jasad para jenderal dikubur hidup-hidup, menjadi saksi atas kekejaman dan upaya perebutan kekuasaan tersebut.

Masyarakat bersama ABRI bahu membahu menumpas gerakan ini. Tak cuma tokoh-tokohnya yang ditangkap, pahamnya juga dilarang di negara ini. Demikianlah jika Allah Ta'ala telah menghendaki. 

BACA JUGA: Kopi Pastel

Peristiwa kedua adalah serangan bom bunuh diri di sejumlah target di New York dan Washington, Amerika Serikat, utamanya di Menara Kembar WTC. Peristiwa ini terjadi pada Selasa, 11 September 2001, atau biasa disebut 9/11. Hampir 3 ribu orang meninggal karena tragedi ini, sementara puluhan ribu lainnya luka-luka. 

Dugaan langsung tertuju kepada kelompok al-Qaeda, pimpinan Usamah bin Ladin, sebagai pihak yang bertanggung jawab. Muncul juga beberapa spekulasi, bahkan teori konspirasi. 

Terlepas dari itu semua, tragedi tersebut telah menyulut banyak fitnah kepada Islam dan kaum Muslim. Singkatnya, Muslim amat dirugikan dari tragedi berdarah ini.

Lagi-lagi Allah Ta'ala menunjukkan kuasa-Nya. Selepas tragedi tersebut, justru banyak masyarakat Amerika dan Eropa yang ingin tahu bagaimana sebetulnya ajaran Islam itu? Benarkah Islam mengajarkan terorisme?

Yang mereka dapati justru sebaliknya. Tak heran jika setelah tragedi itu berbondong-bondong masyarakat Amerika dan Eropa memeluk Islam. 

Di Amerika Serikat (AS), misalnya, menurut sebuah sensus agama non-pemerintah antara tahun 2000-2010, jumlah Muslim bertambah dari sekitar 1 juta menjadi 2,6 juta, atau meningkat 167 persen. Itu berarti Islam menjadi agama dengan pertumbuhan tercepat di AS ketika itu.

Demikianlah kehendak Allah Ta'ala. Dua tragedi di bulan September memberi pelajaran kepada kita bahwa Allah-lah sebaik-baik pembuat makar.

Wallahu a'lam.

CatatanTulisan dimuat di Majalah Suara Hidayatullah edisi Sptember 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat