Kamis, 15 April 2021

Cara Nabi Berdakwah Kepada Penguasa

Ketika kedudukan umat Islam sudah cukup kuat setelah kaum Muslim hijrah ke Madinah, Rasulullah SAW tidak lagi sekadar berdakwah kepada masyarakat kebanyakan, namun juga kepada para penguasa di seputar Madinah. Dakwah beliau kepada para penguasa itu dilakukan lewat surat.

Ketika itu, kaum Muslim baru saja menyepakati perjanjian Hudaibiyah dengan kaum Quraisy. Dalam perjanjian itu kedua belah pihak menyepakati untuk melaksanakan gencatan senjata selama 10 tahun. Waktu gencatan senjata ini dimanfaatkan oleh Rasulullah SAW --salah satunya-- untuk meluaskan wilayah dakwah ke negara-negara jiran.  

Sejarah mencatat beberapa penguasa yang dikirimi surat oleh Rasulullah SAW adalah Raja Persia (Khosrow), Kaisar Romawi (Heraklius), Raja Ghassan (Harits ibn Abi Syummar), penguasa Yamamah (Haudzah ibn Ali al-Hanafi), Raja Alexandria (Muqauqis), penguasa Bahrain (Mundzir ibn Sawa al-'Abdi), dan raja-raja Oman (Jaifar dan Abdu).
  
Apa isi surat dakwah Rasulullah SAW? Semua berisi ajakan untuk  memeluk Islam. Mari kita simak bunyi surat Rasulullah SAW kepada Heraclius, sebagaimana terdapat dalam _Al-Mujtama' Al Madani, Tandzimatuhu_ karya DR Al-Umari:

_"Bismillahirrahmanirrahim. Dari Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya, untuk Heraclius, penguasa Romawi. Keselamatan bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Amma ba'du. Dengan ini saya menyeru tuan dengan seruan Islam. Masuklah Islam, niscaya tuan akan selamat. Masuklah Islam, niscaya Allah akan memberi tuan dua pahala. Jika tuan menolak maka tuan akan menanggung dosa rakyat tuan (rakyat Arisiyyin)._

Isi surat-surat beliau yang lain kurang lebih mirip seperti itu, yakni mengajak kepada Islam, mengajak kepada tauhid. Ada penguasa yang menerima ajakan tersebut, ada yang menolaknya secara halus, dan ada juga yang menolaknya secara kasar. 

Khosrow, raja Persia, misalnya, merobek-robek surat Rasulullah SAW ketika sampai ke tangannya. Sedangkan Heraklius sendiri, dinukil oleh Ath-Thabari dalam _Tarikh_-nya, berpura-pura ingin masuk Islam. "Musuh Allah itu bohong. Dia masih beragama Nasrani," kata Rasulullah SAW menanggapi cerita utusannya yang datang kepada Heraklius.

Adapun penguasa Bahrain, Mundzir ibn Sawa al-'Abdi, membalas surat Rasulullah SAW dengan menyatakan dirinya dan sebagian penduduk Bahrain telah menerima Islam sebagai agama mereka.

Teladan lain tentang berdakwah kepada penguasa diperlihatkan oleh Nabi Musa _Alaihissalam_ (AS) kepada Raja Fir'aun. Musa AS, yang masa kecilnya pernah tinggal di istana Fir'aun, bersama saudaranya Harun AS, diperintahkan oleh Allah Ta'ala untuk mendatangi istana Fir'aun. 

Setelah diizinkan masuk oleh penjaga istana, Musa AS berkata kepada Fir'aun, "Sesungguhnya kami adalah rasul-rasul Tuhan seluruh alam, lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama kami." (Asy-Syu'ara [26]: 16 dan 17). 

Ketika itu, Fir'aun memang tengah memperbudak Bani Israil. 

Fir'aun berkata kepada Musa AS, "Siapa Tuhan seluruh alam itu?" (Asy-Syu'ara [26]: 23).

Musa AS menjawab, "Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. (Itulah Tuhanmu) jika engkau mempercayai-Nya." (Asy-Syu'ara [26]: 24).

Fir'aun kemudian berkata kepada orang-orang di sekitarnya seraya mengolok-olok Musa AS, "Apakah kalian tidak mendengar (apa yang dikatakannya)?" (Asy-Syu'ara [26]: 25).

Musa tidak menghiraukan olok-olok Fir'aun. Ia terus berkata, "(Dia) Tuhanmu dan juga Tuhan nenek moyangmu terdahulu." (Asy-Syu'ara [26]: 26).

Fir'aun dengan sombong menimpali, "Sungguh, Rasul kalian yang diutus kepada kalian adalah benar-benar orang gila!" (Asy-Syu'ara [26]: 27)

Musa AS tetap tak mempedulikan hinaan tersebut dan terus berkata, "(Dialah) Tuhan (yang menguasai) timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya, jika kamu mengerti." (Asy-Syu'ara [26]: 28).

Fir'aun akhirnya berteriak, "Akulah tuhanmu yang paling tinggi." (An Nazi'at [79]: 24). Ia juga berkata, "Wahai para pembesar kaumku! Aku tidak mengetahui ada Tuhan bagimu selain aku." (Al-Qashash [28]: 38).

Pertemuan pertama antara Fir'aun dan Musa AS yang diceritakan dengan sangat baik dalam al-Qur'an berakhir dengan kesombongan Fir'aun. Padahal, menurut firman Allah Ta'ala dalam al-Qur'an surat An-Naml [27] ayat 14, hati kecil orang-orang yang ingkar ini meyakini kebenaran risalah yang dibawa para Nabi dan Rasul tersebut. 

Lalu, dalam akhir ayat tersebut, Allah Ta'ala berfirman, "Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan."

Fir'aun dengan segala kesombongannya berakhir tragis. Ia dan pasukannya ditenggelamkan oleh Allah Ta'ala di Laut Merah. Tak ada yang mampu menyelamatkannya. 

Apa yang dilakukan Nabi Musa AS dan Rasulullah SAW ini memberi pelajaran kepada kita bahwa dakwah hendaklah dilakukan kepada siapa saja, baik rakyat jelata maupun para penguasa, orang-orang kaya maupun kaum papa, atau para cerdik cendekia maupun orang biasa.

Mereka berdakwah dengan adab yang benar. Kewajiban mengajak telah mereka lakukan. Soal hidayah menjadi urusan Allah Ta'ala.

Waalahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat