Jika Anda tersesat di hutan belantara, dan Anda ingin sekali pulang, lalu tiba-tiba Anda menemukan petunjuk, lantas apa yang Anda lakukan selanjutnya?
Tentu saja Anda harus meyakinkan diri dan hati Anda bahwa petunjuk itu benar dan pasti akan membawa Anda selamat menuju pulang. Setelah Anda yakin, baru kemudian Anda ikuti petunjuk itu.
Petunjuk itu berisi seruan dan larangan. Jika petunjuk memerintahkan Anda berbelok ke kiri maka Anda harus berbelok ke kiri. Jika petunjuk itu melarang Anda untuk mendaki maka Anda tak boleh mendaki.
Begitulah perumpamaan hidup manusia di belantara dunia. Manusia ingin pulang ke kampung halamannya di surga. Agar bisa selamat, manusia perlu petunjuk. Apa petunjuk itu? Tak lain adalah al-Qur'an.
Allah Ta'ala telah berfirman dalam permulaan surat al-Baqarah [2], "Alif Lam Mim. Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa." (ayat 1 dan 2).
Yakinkah kita dengan apa yang disebutkan oleh Allah Ta'ala dalam permulaan surat al-Baqarah tersebut? Orang-orang yang beriman sudah pasti meyakininya. Mereka tak akan ragu dengan petunjuk itu. Mereka berusaha keras menaatinya; menjalankan semua perintah yang ada di dalamnya dan menjauhi semua larangan yang ada di sana. Mereka rela berkorban, baik harta maupun raga. Mereka juga mau bersabar dalam ketaatan.
Namun, bagaimana dengan yang lainnya? Sebagian manusia tak meyakini petunjuk itu. Orang-orang seperti ini bahkan sudah ada sejak Rasulullah SAW masih hidup. Mereka menuduh bahwa al-Qur'an itu hanyalah buatan Muhammad SAW atau buatan manusia, bukan buatan Tuhan.
Terhadap tuduhan ini, Allah Ta'ala membalasnya dengan tiga tantangan. Pertama, Allah Ta'ala menyuruh manusia membuat yang semisal dengan itu secara utuh. Ini diungkapkan oleh Allah Ta'ala dalam al-Qur'an surat Al- Isra' [17] ayat 88, "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur'an ini niscaya mereka tak akan mampu membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu sebagian yang lain."
Pada tantangan kedua, Allah Ta'ala meminta kepada manusia untuk membuat sepuluh ayat saja, bukan lagi seluruhnya. Ini diungkap oleh Allah Ta'ala dalam surat Hud [11] ayat 13, "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kalian sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kalian memang orang-orang yang benar."
Lalu tantangan ketiga, Allah Ta'ala meminta manusia membuat hanya satu ayat saja. Ini diungkap dalam al-Qur'an surat Yunus [10] ayat 38, "Apakah pantas mereka mengatakan, 'Muhammad yang telah membuatnya?' Katakanlah, 'Buatlah sebuah surat yang semisal dengan surat (Al-Qur'an), dan ajaklah siapa saja di antara kamu yang mampu (membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar'."
Ketika tantangan ini datang, Bangsa Arab tengah berada pada puncak kecemerlangan syair-syairnya. Sebagian masyarakat yang paham seluk beluk syair, langsung beriman kepada Allah Ta'ala dan Rasul-Nya. Mereka tahu tak akan ada manusia yang sanggup menandingi ketinggian sastra al-Qur'an. Mereka sadar bahwa al-Qur'an adalah perkataan Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Azza wa Jalla, bukan buatan manusia.
Fenomena ini mirip dengan para penyihir Fir'aun yang langsung beriman setelah kalah dengan peragaan tongkat Nabi Musa AS. Mereka tahu bahwa apa yang dilakukan oleh Musa AS bukanlah sihir melainkan mukjizat yang hanya bisa terjadi karena kehendak Yang Maha Kuasa. Mereka bahkan tetap beriman meskipun Fir'aun menyiksa mereka sampai mati.
Nah, jika masih belum yakin dengan al-Qur'an maka pelajarilah lagi. Pahami isinya, resapi maknanya. Sebab, kata Allah Ta'ala, orang-orang terdahulu yang mendustakan al-Qur'an adalah orang-orang yang belum mengetahuinya secara baik, namun buru-buru mendustakannya. Mereka manusia-manusia pandir yang hatinya telah tertutup.
Ini diungkapkan oleh Allah Ta'ala dalam al-Qur'an surat Yunus [10] ayat 39, "Bahkan (yang sebenarnya), mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna dan belum mereka peroleh penjelasannya. Demikianlah halnya umat-umat yang ada sebelum mereka telah mendustakan (Rasul). Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang yang zalim."
Padahal, Allah Ta'ala telah berkali-kali mengingatkan manusia bahwa al-Qur'an adalah petunjuk untuk menapaki jalan yang lurus. Dalam surat Yunus [10] ayat 108, misalnya, Allah Ta'ala menyeru kepada Muhammad SAW untuk mengatakan, "Wahai manusia! Telah datang kepadamu kebenaran (al-Qur'an) dari Tuhanmu. Oleh sebab itu barang siapa mendapat petunjuk maka sebenarnya (petunjuk itu) untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan barang siapa sesat, sesungguhnya kesesatannya itu (mencelakakan) dirinya sendiri..."
Dalam surat Yunus [10] ayat 57, Allah Ta'ala juga berfirman, "Wahai manusia! Sungguh telah datang kepadamu pelajaran (al-Qur'an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman."
Jadi, jika masih belum yakin juga dengan al-Qur'an, maka segeralah yakinkan diri. Sebab, kita harus melangkah membelah belantara dunia agar bisa kembali ke kampung halaman kita di surga. Jika kita tetap diam atau terobang-ambing terus, mana mungkin kita akan keluar dengan selamat dari belantara ini. Wallahu a'lam. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat