Sejarah mencatat, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam (SAW) lahir dari kaum yang tak banyak mengetahui sejarah umat terdahulu, termasuk para Nabi dan Rasul sebelumnya. Di sisi lain, Rasulullah SAW adalah lelaki yang ummi, artinya tidak pandai membaca dan menulis.
Namun, Rasulullah SAW bisa menceritakan sejarah dengan amat detil, bahkan sesuatu yang belum pernah didengar oleh kaumnya. Lantas, dari mana Rasulullah SAW tahu banyak tentang kisah umat terdahulu? Dari mana lagi kalau bukan dari wahyu Ilahi, yang sebagian ditulis dalam al-Quran, sedang sebagian lagi dalam Hadits.
Kisah tentang Maryam, misalnya. Rasulullah SAW mengetahui bahwa Maryam diasuh lewat pengundian pena-pena yang biasa dipakai untuk menulis Kitab Taurat.
Tentang kisah Maryam ini, Allah Ta'ala berfirman, "Itulah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), padahal engkau tidak bersama mereka ketika mereka melemparkan pena mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan engkau pun tidak bersama mereka ketika mereka bertengkar,” (Ali Imran [3]: 44)
Kisah lain adalah tentang Nabi Nuh AS. Rasulullah SAW menceritakan bagaimana Nabi Nuh diperintahkan untuk membuat sebuah kapal dan mengajak kaumnya untuk naik ke dalamnya. Juga tentang dialog Nabi Nuh AS kepada putranya ketika air bah mulai naik. Sang putra enggan ikut berlayar bersama ayahnya, sedang sang ayah terus berusaha membujuk putranya.
Dialog memilukan ini mampu diceritakan oleh Rasulullah SAW dengan sangat baik sebagaimana tertulis dalam al-Quran surat Hud [11] ayat 36 sampai 49. Dalam penutup rangkaian ayat tersebut, Allah Ta'ala berfirman, "Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; sesungguhnya akhir yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (Hud: 49)
Demikian pula kisah tentang Nabi Yusuf AS yang terekam dengan detil lewat satu surat khusus dalam al-Quran, yakni surat Yusuf [12]. Di ayat 102 surat tersebut, Allah Ta'ala berfirman, "Demikian itu (adalah) di antara berita-berita yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); padahal kamu tidak berada pada sisi mereka, ketika mereka memutuskan rencananya (untuk memasukkan Yusuf ke dalam sumur) dan mereka sedang mengatur tipu daya."
Cerita yang sama juga diungkap Rasulullah SAW tentang Nabi Musa AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Daud AS, atau kisah Kaum Saba, pemuda Kahfi, Ashabul Ukhdud, atau kisah pasukan bergajah. Semua itu menjadi bukti kebenaran ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW.
Ibnu Katsir dalam tafsir surat Al-Qashash [28] menyatakan bahwa surat ini berkisah tentang Nabi Musa AS dari awal hingga akhir, termasuk perintah pertama Allah Taala kepada Nabi Musa AS. Padahal, Rasulullah SAW tidak berada di tempat tersebut ketika peristiwa itu terjadi.
Mengapa Rasulullah SAW mampu menceritakannya? Tiada lain, menurut Ibnu Katsir, Allah-lah yang menceritakannya kepada Muhammad SAW melalui wahyu-Nya. Ini juga sejalan dengan firman Allah Taala dalam ayat 46 surat tersebut. "Dan tiadalah kamu berada di dekat Gunung Tur ketika Kami menyeru (Musa).”
Dalam surat Ar-Ra'd [13] ayat 19, Allah Ta'ala menyindir orang-orang yang tetap tidak percaya kepada ajaran yang dibawa Muhammad SAW setelah begitu banyak bukti-bukti yang mereka saksikan, "Maka apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan Tuhan kepadamu adalah kebenaran, sama dengan orang yang buta? Hanya orang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran."
Semoga kita termasuk oraang-orang yang mengimani ajaran Rasulullah SAW dan semoga Allah Ta'ala mengukuhkan iman hingga suatu hari kelak ajal menjemput kita. Aamiin. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat