Kamis, 30 Juli 2020

Seharusnya, Kita Berlomba dalam Dakwah

Salah satu tugas seorang Muslim adalah mengajak orang lain agar mau ikut meniti jalan yang lurus dan meninggalkan jalan yang bengkok. Itulah dakwah. 

Secara bahasa, dakwah berarti panggilan, ajakan, atau seruan. Secara istilah, dakwah berarti mengajak, memanggil, atau menyeru orang lain agar taat kepada Allah Ta'ala

Dakwah adalah jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam (SAW), sekaligus jalan yang harus diikuti oleh seluruh kaum Muslim. Allah Ta'ala berfirman, "Katakanlah (Muhammad), ‘Inilah jalanku. Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin. Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang yang musyrik'," (Yusuf [12]: 108).

Meskipun dakwah bersifat fardhu kifayah ---bila telah ada yang mengerjakannya maka terbebaslah orang-orang di sekitarnya dari kewajiban itu--- namun Muslim yang mengerjakannya adalah orang yang beruntung (muflih). 

Ini difirmankan oleh Allah Ta'ala dalam al-Qur'an surat Ali-Imran [3] ayat 104, "Dan hendaklah di antara kalian ada segolongan orang yang mendakwahkan kepada kebaikan, menyuruh (berbuat ) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."

Karena itu seharusnya kaum Muslim berlomba-lomba melakukan dakwah, bukan menjauhinya. Ibarat orang-orang yang dijanjikan bakal mendapat hadiah berlimpah bila mau melakukan sesuatu, maka logikanya mereka akan berlomba-lomba melakukannya. Apalagi bila hadiahnya luar biasa menarik.

Lantas, mengapa justru sedikit orang yang mau mengikuti jalan dakwah? Jawabnya, karena mereka belum benar-benar yakin tentang hadiah yang akan diberikan Allah Ta'ala kepada mereka yang menjalankannya. Itulah iman. Jika iman betul-betul telah tertanam pada hati seseorang maka mudah baginya untuk taat.

Iman ini juga yang menjadi sikap hidup para dai (juru dakwah). Mustahil mereka mau bersusah-susah menempuh jalan dakwah ---sebab jalan ini jelas tak mudah--- kalau bukan karena iman. Allah Ta'ala berfirman, "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar..." (At-Taubah [9]: 71)

Sikap ini berkebalikan dengan kaum munafik. Allah Ta'ala berfirman, “Orang-orang munafik lelaki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama). Mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah perbuatan yang makruf,..." (At-Taubah [9]: 67)

Kembali ke hadits sebelumnya. Dari Hadits tersebut tergambar bahwa salah satu hal penting yang harus didakwahkan kepada orang lain adalah kebaikan, yakni menyuruh berbuat makruf, dan mencegah dari yang mungkar, Ini juga yang menjadi pembeda antara orang yang beriman dan kaum munafik.

Bahkan, dalam satu Hadits yang diriwayatkan oleh Hudzaifah, Rasulullah SAW mengatakan, "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya! Benar-benar kalian harus memerintahkan yang makruf dan melarang dari yang mungkar, atau Allah akan mengirimkan untuk kalian hukuman dari sisi-Nya kemudian kalian pun berdoa kepada-Nya namun permohonan kalian tak lagi dikabulkan," (Riwayat Ahmad).

Jadi, jika dalam sebuah masyarakat tak ada yang melakukan dakwah, maka Allah Ta'ala akan menghukum mereka semua. Dengan demikian, pelaku dakwah bukan sekadar memperoleh keberuntungan, tapi juga menyelamatkan orang lain di sekitarnya dari hukuman Allah Ta'ala dan tidak terkabulkannya doa. 

Jika tugas dakwah ini telah dijalankan dengan baik maka pelakunya tak sekadar memperoleh keberuntungan, namun juga menjadikan dirinya dan kaum Muslim di sekelilingnya umat terbaik di antara umat yang lain. Allah Ta'ala berfirman, "Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kalian) menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah," (Ali-Imran [3]: 110).

Jadi sesungguhnya, juru dakwah adalah pahlawan bagi kaum Muslimin, sekaligus orang yang beruntung dengan segala hadiah yang akan diterimanya dari Allat Ta'ala.

Seharusnya sekali lagi-- kaum Muslim berlomba-lomba mengambil peran dalam dakwah bila meilhat segala kelebihan ini. Jika tetap tak mau juga, mari kita periksa lagi iman kita! ***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat