Barangkali kita pernah geram menyaksikan begitu banyak kezaliman berlangsung di depan mata. Rasanya kita ingin melawan, tapi tak bisa. Kita tak punya daya melakukannya.
Apalagi bila kezaliman itu berlangsung lama. Korban telah banyak berjatuhan, namun kezalimannya tak terhentikan. Kehidupan para pelaku kezaliman itu justru terlihat kian menyenangkan. Sebaliknya, pihak yang dizalimi kian sengsara.
Kita kemudian bertanya, mengapa Yang Maha Kuasa tak segera menghentikan kezaliman itu? Mengapa Yang Maha Rahman membiarkan saja orang-orang baik menjadi korban kekejamannya? Di mana Allah Ta’ala yang tak pernah tidur?
Perasaan ini pernah dirasakan para Sahabat Rasulullah SAW di masa-masa awal kenabian. Ketika itu, kaum musyrik Makkah selalu menghalang-halangi dakwah Rasulullah SAW dan para sahabat. Perlakuan mereka semakin lama semakin menjadi-jadi. Mereka memboikot, tidak bersedia berjual beli dengan kaum Muslim, memutus hubungan persaudaraan, tak mau menolong, bahkan mereka menyiksa kaum Muslimin.
Siksaan kaum kafir tersebut amat berat dirasakan kaum Muslim. Hampir-hampir mereka berputus asa. Sementara orang-orang musyrik kelihatannya seakan-akan diberi hati oleh Allah Ta’ala. Mereka diberi kekuasaan dan kekayaan harta.
Dalam keadaan demikian, turunlah seruan Allah Ta’ala sebagai pelipur lara. "Dan janganlah engkau mengira bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang yang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak," (Ibrahim [14]: 42)
Ayat tersebut, menurut tafsir yang disusun Kemetrian Agama Republik Indonesia, seakan hendak menegaskan kepada Rasulullah SAW dan para sahabat bahwa Allah Ta’ala tidak lengah dan senantiasa memperhatikan tindakan dan perbuatan orang-orang musyrik yang zalim itu.
Tindakan mereka sesungguhnya merugikan diri mereka sendiri. Sebab, pada hakekatnya, mereka juga telah menganiaya diri mereka sendiri. Allah Ta’ala pasti mencatat segala perbuatan mereka. Tidak ada satu pun yang luput dari catatan-Nya. Semua tindakan mereka itu akan diberi balasan dengan setimpal. Allah Ta’ala akan memasukkan mereka ke dalam neraka yang menyala-nyala di akhirat nanti."
Meski dalam redaksinya ayat ini ditujukan kepada Rasulullah SAW, tetapi ayat ini berlaku pula untuk seluruh umat Muhammad SAW, termasuk umatnya yang hidup pada masa kini. Kita saksikan lewat laman-laman berita bagaimana kaum Muslim di berbagai beladan dunia ditindas, dianiaya, diembargo oleh rezim yang kejam. Ada yang mencoba bertahan, ada juga yang terpaksa mengungsi karena tak kuat dengan kekejaman itu.
Ada juga Muslim minoritas yang diperlakukan tidak adil. Mereka dipaksa mengganti keyakinannya. Mereka diisolasi, tak bisa keluar, dan tak bisa pula menampakkan identitas kemuslimannya.
Bahkan, ada juga Muslim mayoritas yang tak mampu mendominasi kebijakan pemerintahannya. Jumlah mereka di negara itu memang banyak, namun mereka dilemahkan oleh sistem. Jadilah mereka “minoritas” yang tak mampu membela dirinya dan terus menerus mengalami ketidakadilan.
Tak perlu merasa berkecil hati dengan semua ini. Ayat yang dulu turun untuk menghibur Rasulullah SAW dan para sahabat juga diturunkan untuk kita. Teruslah berjuang karena Allah Ta’ala tak pernah lengah.
Tak perlu merasa iri melihat kehidupan orang-orang yang zalim tersebut penuh kemewahan. Karena sesungguhnya kesenangan mereka hanyalah sementara, sampai tiba hari yang penuh dengan huru-hara dan kesengsaraan. Hari di mana mata mereka akan terbelalak ketakutan menghadapi balasan yang akan diberikan Allah Ta’ala. ***
Senin, 27 April 2020
Tunggulah Sampai Hari Ketika Mata Mereka Terbelalak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat