Senin, 10 Februari 2020

“Perjalanan Dakwah yang Mengasyikkan”

Jumat, 7 Februari 2020, Ketua Umum DPP Hidayatullah mengalami kisah menarik, mendebarkan, namun mengasyikkan. Berikut adalah perbincangan beliau yang saya tulis ulang dan dipublikasikan di Hidayatullah.com dan Hidayatullah.

o0o


Lumpuh total! Itulah yang terjadi pada jalur lalu lintas Demak menuju Semarang, Jawa Tengah, Jumat, 7 Februari, sekitar pukul 10 pagi. Sebuah truk telah terguling. Truk berukuran panjang itu menghadang jalan. Semua kendaraan terhenti. Entah berapa lama bisa normal kembali.

Saya termasuk pengguna jalan yang ikut terhenti karena insiden itu. Bingung, sedikit panik. Sebab, pada saat bersamaan, saya sedang terburu-buru mengejar jadwal terbang pesawat yang akan membawa saya menuju Balikpapan, Kalimantan Timur, dengan Wings Air yang transit di Bandara Juanda, Surabaya. Di sebelah kanan dan kiri hanya ada sawah. Ya Allah ....

Yang membuat hati agak risau, saat itu saya harus mengejar acara  up grading para dosen dan guru di pesantren Hidayatullah, Balikpapan, esok pagi (Sabtu, 8 Februari 2020). Jika tidak berangkat dengan penerbangan tersebut, tentu acanya akan tertunda, bahkan bisa batal. Padahal, Bapak Pimpinan Umum Hidayatullah (Ust Abdurrhman Muhammad) meminta secara khusus agar acara ini jangan sampai tertunda, apalagi batal.

Tapi, saya merasa yakin akan ada jalan keluar, walau entah apa. Jalan keluar yang biasanya datang tak terduga ketika seorang hamba telah memasrahkan semua masalahnya kepada Sang Pencipta.

Seorang pengurus DPW Hidayatullah Jawa Tengah yang mengantar saya memberi tahu bahwa kendaraan roda empat tidak memungkinkan bergerak. Maka, tak ada jalan lain, ojek online solusinya. 

Seorang pengemudi ojek online, setelah dipanggil, bersedia mengantar saya sampai ke bandara Ahmad Yani, Semarang. Alhamdulillah, sang pengemudi mampu "menerbangkan" motornya dengan cekatan. Bukan lewat jalan biasa, namun lewat pematang sawah. 

Pematang sawah dan jalan setapak di pinggir irigasi jelas bukan arena yang mudah untuk dijalani. Bahkan terkadang sang pengemudi harus mengangkat motornya untuk melewati ruas-ruas jalan yang terputus. Motor sekali-kali memang harus bergantian “menunggangi” manusia. Seperti itulah barangkali hidup ini. Tak selamanya harus berada di atas.

Sang pengemudi semakin bersemangat ketika tahu saya mau terbang ke pesantren Hidayatullah yang terletak di Gunung Tembak, Kalimantan Timur. Ia bercerita kalau dulu sering melewati pesantren tersebut ketika bekerja di daerah Handil, Kutai Kartanegara. Tentu tak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Semua sudah ditentukan oleh Allah Ta'ala.

Saya bersyukur karena Allah Ta 'ala telah mempertemukan saya dengan sang pengemudi yang benar-benar tangguh dan mau berkorban. Barangkali karena ketulusannyalah maka Allah Ta'ala memudahkan perjalanan kami. 

Setelah menempuh jarak sekitar 30 km, kami pun tiba di bandara menjelang waktu boarding. Subhanallah, Allahu Akbar. Sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan. Ini perjalanan dakwah yang benar-benar mengasyikkan. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat