Senin, 17 Februari 2020

Kemenangan

Tak lama lagi kita akan memasuki bulan penuh rahmat. Ramadhan mubarak!

Setiap Ramadhan tiba,  terutama menjelang akhir Ramadhan, kita kerap mendengar ungkapan tentang kemenangan. Ya, sebuah harapan agar kaum Muslim bisa tampil sebagai pemenang setelah diperintahkan oleh Allah Ta'ala untuk berpuasa selama sebulan penuh.

Pertanyaannya, kita menang melawan apa atau siapa? Jika memang ada yang harus kita kalahkan dalam sebuah pertarungan, apakah pertarungan tersebut hanya terjadi selama bulan Ramadhan? Jika tidak ---maka pertanyaan ketiga--- apa beda pertarungan selama Ramadhan dan di luar Ramadhan?

Mari kita kaji ketiga pertanyaan sederhana tersebut satu per satu. Sudah sering kita dengar ungkapan para 'alim bahwa Ramadhan adalah ajang untuk menahan hawa nafsu. Mengapa? Sebab, selama Ramadhan, kita dilarang melakukan hal-hal yang halal --bahkan menjadi kesenangan manusia--- jika dilakukan di luar Ramadhan. Bahkan, hal-hal yang diharamkan selama Ramadhan itu menjadi kebutuhan mendasar manusia, yakni terisinya perut dan tersalurkannya gejolak seksual.

Jika yang halal saja dilarang, apalagi hal-hal yang haram. Sanggupkah kita menahannya?

Seharusnya sangggup! Sebab, tak pernah ada khabar orang meninggal karena berpuasa (kecuali ia dalam keadaan sakit). Namun faktanya, tetap saja banyak manusia yang gemar melakukan maksiat kepada Allah, sesama manusia, atau sesama mahluk Allah di bulan Ramadhan. Bahkan mereka terang-terangan melakukan sesuatu yang halal namun dilarang oleh Allah Ta'ala selama bulan Ramadhan.

Karena itu, melawan hawa nafsu itu berat. Wajar bila Rasulullah SAW mengkategorikan upaya menahan hawa nafsu ini sebagai jihad, sebagaimana sabda beliau dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, "Al-mujaahid man jaahada nafsahu (Seorang mujahid adalah orang yang berjuang menundukkan nafsunya)."

Nah, jika memang hawa nafsu yang harus kita kalahkan selama Ramadhan, bukankah perang melawan hawa nafsu ini juga terjadi di luar Ramadhan?

Ya, tapi pertarungan selama Ramadhan dan di luar Ramadhan berbeda. Pertempuran selama Ramadhan tentu lebih hebat ketimbang di luar Ramadhan. Mengapa?

Sebab, pada bulan Ramadhan, Allah SWT menseting diri kita berada pada keadaan "lemah". Kita berada pada keadaan haus dan lapar, serta tak bisa berhubungan suami isteri, dua kebutuhan mendasar manusia.

Namun, selama bulan Ramadhan, jika kita mampu mengalahkan hawa nafsu dan memperbanyak amal-amal shaleh, Allah SWT akan mengganjar kita dengan pahala berlipat ganda. Ganjaran sebesar tersebut tak akan kita dapatkan dalam pertempuran-pertempuran di luar Ramadhan.

Di sisi lain, Allah SWT juga membelengu setan selama bulan Ramadhan. Ini diungkapkan oleh Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim,  “Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu.”

Padahal kita tahu "tugas" setan adalah menggelincirkan manusia. Ini juga diungkap oleh Allah Ta'ala sebagaimana diungkap Rasulullah SAW dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, “Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif, kemudian datanglah setan kepada mereka, maka kemudian setan pun menyelewengkan mereka dari agama mereka.”

Apakah itu ringan? Jelas tidak! Meskipun setan sudah dibelenggu, namun tergelincirnya manusia dalam kemaksiatan kepada Allah Ta'ala tidak didominasi oleh setan, namun oleh hawa nafsu. Tentang ini, Allah Ta'ala telah mengingatkan dalam al-Qur'an surat an-Nahl [16] ayat 99. "Sesungguhnya setan itu tidak berkuasa atas orang-orang mukmin dan bertawakkal kepada Tuhannya."

Jadi, pertarungan selama Ramadhan benar-benar face to face antara kita dan hawa nafsu. Mari kita sambut Ramadhan ini dalam keadaan siap untuk bertempur. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat