Setiap Ramadhan tiba, terutama menjelang akhir Ramadhan, kita kerap mendengar ungkapan tentang kemenangan. Ya, sebuah harapan agar kaum Muslim bisa tampil sebagai pemenang setelah diperintahkan oleh Allah Ta'ala untuk berpuasa selama sebulan penuh.
Pertanyaannya, kita menang melawan apa atau siapa? Jika memang ada yang harus kita kalahkan dalam sebuah pertarungan, apakah pertarungan tersebut hanya terjadi selama bulan Ramadhan? Jika tidak ---maka pertanyaan ketiga--- apa beda pertarungan selama Ramadhan dan di luar Ramadhan?
Mari kita renungkan ketiga pertanyaan sederhana tersebut satu per satu. Sudah sering kita dengar ungkapan para 'alim bahwa Ramadhan adalah ajang untuk menahan hawa nafsu. Mengapa? Sebab, selama Ramadhan, kita dilarang melakukan hal-hal yang halal jika dilakukan di luar Ramadhan. Bahkan, bukan sekadar halal, tapi juga menjadi kesenangan dan kebutuhan mendasar manusia, yakni terisinya perut dan tersalurkannya gejolak seksual.
Jika hal-hal yang halal saja dilarang selama Ramadhan, apalagi hal-hal yang haram, sudah pasti dilarang. Lalu sanggupkah kita menahan keinginan untuk melakukan hal yang dilarang selama Ramadhan semisal makan dan minum di waktu siang? Seharusnya sangggup! Sebab, tak pernah ada kabar orang meninggal karena berpuasa (kecuali ia dalam keadaan sakit).
Namun faktanya, tetap saja banyak manusia yang ingkar. Mereka tak mau berpuasa di bulan Ramadhan. Bahkan, mereka terang-terangan menunjukkan sikap ingkar tersebut. Mereka kalah melawan hawa nafsunya sendiri.
Ini bukti bahwa melawan hawa nafsu itu berat. Wajar bila Rasulullah saw. mengategorikan upaya menahan hawa nafsu ini sebagai jihad, sebagaimana sabda beliau dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, "Al-mujaahid man jaahada nafsahu (seorang mujahid adalah orang yang berjuang menundukkan nafsunya)."
BACA JUGA: Jangan Salah Memaknai Ramadhan
Nah, jika memang hawa nafsu yang harus kita kalahkan selama Ramadhan, bukankah perang melawan hawa nafsu juga terjadi di luar Ramadhan?
Ya, tapi pertarungan selama Ramadhan dan di luar Ramadhan berbeda. Pertempuran selama Ramadhan tentu lebih hebat ketimbang di luar Ramadhan. Mengapa?
Sebab, pada bulan Ramadhan, Allah Ta'ala men-setting diri kita berada pada keadaan "lemah". Kita berada pada keadaan haus dan lapar, serta tak bisa berhubungan suami isteri, dua kebutuhan mendasar manusia.
Di sisi lain, Allah Ta'ala memberikan ganjaran yang berlipat ganda bila kita beribadah di bulan Ramadhan. Ganjaran sebesar tersebut tak akan bisa kita dapatkan di luar Ramadhan.
Hal ini menuntut kita menghabiskan waktu sebanyak mungkin di bulan Ramadhan untuk beribadah. Rugi bila peluang mendapat ganjaran berlipat-lipat ini kita lewatkan begitu saja.
Hal yang tak kalah penting, Allah Ta'ala juga membelengu setan selama bulan Ramadhan. Ini diungkapkan oleh Rasulullah saw. sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, “Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu.”
Padahal kita tahu "tugas" setan adalah menggelincirkan manusia. Ini juga diungkap oleh Allah Ta'ala sebagaimana diungkap Rasulullah saw. dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, “Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif, kemudian datanglah setan kepada mereka, maka kemudian setan pun menyelewengkan mereka dari agama mereka.”
Apakah setelah setan dibelenggu maka pertarungan menjadi mudah dimenangkan? Jelas tidak! Meskipun setan sudah dibelenggu, namun tergelincirnya manusia dalam kemaksiatan kepada Allah Ta'ala tidak didominasi oleh setan, namun oleh hawa nafsu.
Tentang ini, Allah Ta'ala telah mengingatkan dalam al-Qur'an surat an-Nahl [16] ayat 99. "Sesungguhnya setan itu tidak berkuasa atas orang-orang mukmin dan bertawakkal kepada Tuhannya."
Jadi, pertarungan selama Ramadhan benar-benar face to face antara kita dan hawa nafsu. Mampukah kita, sementara di sisi lain kita juga harus menyibukkan diri mengejar segala ganjaran pahala yang berlipat di bulan ini?
Jelas tidak mudah! Hanya orang-orang yang beriman yang sanggup melakukannya. Selebihnya, orang-orang yang disebutkan oleh Rasulullah saw. dalam sabdanya, "Betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi yang mereka dapatkan hanyalah lapar dan dahaga." (Riwayat Imam Ibnu Khuzaimah dari Abu Hurairah, Imam An-Nasa'i, dan Imam Ahmad)
Semoga kita termasuk pemenang, bukan pecundang.
Wallahu a'lam. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat