Kamis, 09 Januari 2020

Orang yang Merugi

"Demi waktu," kata Allah Ta'ala mengawali surat al-Asr, surat ke 103 dalam al Qur'an. "Sungguh manusia dalam kerugian."

Lantas siapakah manusia yang merugi itu? Hasan al-Basri menyatakan, apabila hari ini sama dengan hari kemarin, maka Anda tergolong manusia merugi. Apabila hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka Anda beruntung. Tapi apabila lebih buruk, maka Anda terlaknat.

Pertanyaan selanjutnya, mengapa sebuah keadaan disebut merugi jika apa yang kita peroleh saat ini sama dengan sebelumnya? Bukankah itu impas?

Tidak! Ia bukan impas. Sebab, waktu terus berjalan. Andai variabel waktu bisa kita hentikan, barulah ia disebut impas. Bila tak bisa maka itu berarti kita telah membuang-buang waktu. Kita telah merugi!

Lalu, apa yang harus kita perjuangankan sehingga hasilnya harus lebih baik dari hari kemarin? Mari kita simak al-Qur'an surat Az-Zumar [39] ayat 15. Di dalam ayat tersebut Allah Ta'ala berfirman ... Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat.

Yup! Berarti sesuatu yang harus kita perjuangkan itu adalah bekal menghadapi hari kiamat. Bekal tersebut bahkan bukan sekadar untuk diri kita sendiri, tapi juga untuk keluarga, sehingga di akhirat kelak kita bisa berkumpul lagi bersama mereka.

Sebenarnya, tentang hal di atas, bukanlah perkara baru. Kita semua sudah tahu bahwa hidup ini hanya sementara. Jika kita sia-siakan, maka kita akan merugi.

Tapi, mengapa kita masih saja suka membuang-buang waktu? Mengapa kita tak merasa khawatir? Mengapa kita tak bergegas mengumpulkan bekal padahal kita tak tahu sampai berapa lama kita hidup? Mengapa?

Mari kita simak sebab turunnya surat Az Zumar (39) ayat 15 tadi. Rupanya ayat tersebut ditujukan kepada masyarakat Makkah yang ketika itu masih musyrik. Meskipun Rasulullah SAW berkali-kali menyerukan agar mereka mau meninggalkan patung-patung sembahan yang sama sekali tak berguna, namun mereka tak mengindahkannya. Rupanya iman tak bersemayam di hati mereka. Malah, hati mereka seperti terkunci. Lalu turunlah ayat ini.

Allah Ta'ala sepertinya hendak menunjukkan contoh seperti apa orang yang merugi itu. Meskipun mereka telah diseru oleh Rasulullah SAW, namun karena iman itu belum ada, maka seruan itu tak berguna buat mereka. Iman menjadi kunci agar kita bisa lepas dari kerugian yang hakiki.

Ini juga telah dijelaskan oleh Allah Ta'ala dalam surat al-Asr [103] sebagaimana diceritakan di awal tulisan ini. “Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal kebajikan”

Wallahu alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat