Selasa, 04 Juni 2019

Berharap Ampunan di Bulan Ampunan

Rasulullah SAW suatu hari berkata kepada Kaab bin Ujrah dan beberapa sahabat yang lain. "Mendekatlah kalian ke mimbar!"

Lalu Ka'ab dan para sahabat pun mendekati mimbar Rasulullah SAW.

Saat menjejaki tangga mimbar pertama, Rasulullah SAAW tiba-tiba berkata, "Aamin."  Begitu juga ketika menapaki tangga kedua, beliau kembali berkata, "Aamin."  Terakhir, ketika beliau menaiki tangga ketiga, beliau lagi-lagi berkata, "Aamin."

Setelah Rasulullah SAW turun dari mimbar, Ka'ab berkata, "Ya Rasulullah (SAW), sungguh kami telah mendengar dari engkau pada hari ini, sesuatu yang belum pernah kami dengar sebelumnya."

Rasulullah SAW bersabda, Ketika aku menaiki tangga pertama, Jibril muncul di hadapanku dan berkata, 'Celakalah orang yang mendapati bulan Ramadhan yang penuh berkah, tetapi tidak memperoleh ampunan.'  Maka aku berkata, 'Amin'."

Selanjutnya, Rasulullah SAW juga meng-amin-kan dua doa yang dikemukakan Jibril, yakni tentang kerugian orang-orang yang tak bershalawat ketika disebutkan nama Rasulullah SAW, dan orang yang tak bisa meraih surga di saat orang tuanya masih hidup.

Mari kita renungkan doa pertama Jibril yang di-amin-kan oleh Rasulullah SAW. Pada doa ini, Jibril mendoakan keburukan kepada manusia yang tak bisa memanfaatkan momen Ramadhan untuk mendapat ampunan Allah Taala.

Doa ini seolah kontradiktif dengan keutamaan Ramadhan sebagai bulan ampunan. Rasulullah SAW bahkan berkata, Man shoma romadhona imanan wahtisaban ghufiro lahu maa taqoddama min dzanbih." (barang siapa yang berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah, maka semua dosanya yang lalu akan diampuni). 

Rupanya, dari dua hal yang seolah kontradiktif ini, ada sekelompok orang yang benar-benar tak bisa memperoleh ampunan Allah Taala meskipun Allah Taala telah mengobral ampunan-Nyadi bulan Ramadhan. Pantaslah bila Jibril berkata, celakalah!. Mereka rupanya sungguh kelewatan.

Isyarat soal ini juga disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Ath Thobroniy, Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.

Pertanyaannya, apa ciri-ciri orang seperti ini? Salah satunya, kata Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari, gemar berdusta. "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta, malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh rasa lapar dan haus yang dia tahan. 

Dusta hanya salah satu saja dari perbuatan yang harus ditinggalkan oleh orang-orang yang telah melewati Ramadhan. Dalam Hadits yang lain, Rasulullah SAW juga menyebut perbuatan 
lagwu dan rofats, yakni perkataan keji dan sia-sia. 

Semoga kita bisa melanjutkan kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan selama bulan Ramadhan di bulan-bulan setelahnya, sehingga kita tidak tergolong orang-orang yang celaka sebagaimana doa Malaikat Jibril. 

Aamiin. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat