Jika Anda mempublikasikan tulisan Anda di media online (blog atau jejaring sosial), lalu Anda disuruh memilih antara dua pilihan berikut.
Pertama, Anda tak berharap ada orang yang membagikan (men-share) tulisan tersebut. Kedua, Anda berharap tulisan tersebut tersebar luas dan dibaca banyak orang.
Mana yang Anda pilih dari dua pilihan tersebut?
Logikanya Anda ---dan saya--- tentu memilih pilihan kedua. Buat apa kita menulis kalau sekadar untuk diri sendiri? Bukankah bila banyak yang membacanya maka akan banyak pula orang yang terinspirasi?
Tentu saja Anda benar. Namun, jika tak terbesit sedikit saja rasa takut di hati Anda tentang hal buruk yang akan terjadi akibat tulisan tersebut, maka berhati-hatilah. Boleh jadi di kemudian hari Anda akan mendulang dosa akibat tulisan tersebut, dan dosa itu akan bertambah banyak bila tulisan tersebut di-share oleh banyak orang.
Hal buruk apa? Barangkali ada informasi yang belum diklarifikasi kebenarannya di dalam tulisan tersebut. Barangkali pula ada cara "bertutur" yang salah sehingga orang lain tersinggung atas isi tulisan tersebut.
Atau, ada adab komunikasi yang dilanggar dalam tulisan tersebut. Boleh jadi pula ada orang yang salah memahami isi tulisan itu akibat kita kurang piawai mengemasnya. Bahkan, siapa tahu isi tulisan tersebut menimbulkan keinginan seseorang untuk melakukan kriminalitas, atau fantasi seksual yang haram.
Persoalan-persoalan di atas memang terlihat remeh. Namun, kata Allah Ta'ala, hal yang remeh boleh jadi bakal berdampak besar di kemudian hari. "... dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar," kata Allah Ta'ala dalam al Qur'an surat An Nur [24] ayat 15.
Na'udzubillahi min dzalik.
Selasa, 08 Januari 2019
Menulis tapi Takut
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat