Rabu, 09 Mei 2018

Piramida Terbalik

Selain fakta, ciri khas karya jurnalistik ada pada pola penyajian. Pola penyajian menjadi khas karena karya jurnalistik biasanya tersaji dalam ruang (space) yang terbatas. Di sisi lain, kita dituntut untuk berkisah secara menarik dan tuntas.

Lalu pola seperti apa yang khas dalam karya jurnalisti? Para jurnalis kerap menyebutnya dengan istilah "piramida terbalik". Berikut sedikit penjelasannya:

1. Pola piramida terbalik artinya "kisahkan informasi paling menarik (penting) terlebih dulu, yang tidak menarik (penting) belakangan.

2. Contoh sederhana, ketika kita bercerita tentang pertandingan sepak bola, maka informasi paling menarik (penting) adalah siapa yang menang dan berapa skornya, bukan cerita tentang tendangan pertama, operan pertama, atau sundulan pertama.

3. Namun, pada feature, pola ini kerap dilanggar. Informasi paling menarik sering disajikan pada alinea kelima, keenam, atau ketujuh. Sedang alinea pertama hingga keempat digunakan sebagai pengantar saja agar pembaca bisa menjangkau bagian paling menarik (penting) tadi secara halus, namun tidak meninggalkan daya tariknya.

4. Intinya, jangan biarkan pembaca berlama-lama menemukan hal paling menarik (penting) dari kisah yang ingin kita ceritakan. Sebab, pembaca bisa "berpaling" ke lain bacaan.

5. Penulis yang sukses adalah penulis yang mampu membuat pembaca penasaran untuk segera melahap alinea kedua setelah membaca alinea pertama, lalu melahap aline ketiga setelah membaca alinea kedua, begitu seterusnya hingga alinea terakhir.

6. Selamat berkarya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat