Minggu, 20 Mei 2018

Orang-orang yang Terbelenggu

Abu Imran Al-Juni bercerita bahwa pada suatu hari Khalifah Umar ibnul Khaththab RA melewati sebuah gereja yang dihuni seorang rahib. Umar RA kemudian memanggil rahib itu.

"Hai rahib!" 

Si rahib muncul. Lalu Umar memandangnya dan menangis. 

Para sahabat bertanya kepada Umar. "Mengapa engkau menangis, hai Amirul Mukminin?" 

Umar menjawab bahwa ia teringat akan firman Allah dalam surat Al Ghasyiyah [88] ayat 3 dan 4, yakni tentang orang-orang yang bekerja keras lagi kepayahan untuk memasuki api yang sangat panas (neraka). "Itulah yang menyebabkan aku menangis," kata Umar.

Di sekitar kita betapa banyak orang-orang yang seperti rahib itu. Mereka baik. Mereka bahkan kepayahan untuk berbuat baik. 

Namun, kerja keras mereka justru mengantarkan mereka ke dalam api neraka. Betapa sia-sianya mereka. Itu karena di leher mereka sesungguhnya ada belenggu. Belenggu itulah yang menghalangi mereka dari surga Allah yang penuh kenikmatan.

Imam Bukhari meriwayatkan sebuah kisah yang dibawa oleh Abu Hurairah RA tentang perkataan Allah SWT dalam al Qur'an ayat 110 surat Ali Imran [4], yang berbunyi, "Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia."

Abu Hurairah RA menceritakan makna ayat tersebut kepada para sahabatnya. "Kalian adalah sebaik-baik manusia untuk umat manusia. Kalian datang kepada mereka yang dalam keadaan terbelenggu dengan rantai pada lehernya, lalu kalian ajak mereka kepada Islam (sehingga lepaslah belenggu itu)."

Begitulah seharusnya sikap kita kepada orang-orang di sekitar kita yang "lehernya masih terbelenggu dengan rantai." Menangislah seperti Umar, lalu berusahalah untuk membebaskan mereka dari belenggu itu.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat