Sebenarnya, Shofwan al-Banna Chiruzzad telah lama menyelesaikan program sarjana strata 1 (S1) di Universitas Indonesia (UI). Bahkan, beberapa tahun lalu, ia juga telah menyelesaikan program doktornya di Ritsumeikan University, Kyoto, Jepang.
Namun, Sekretaris Eksekutif Pusat Studi ASEAN UI ini merasa kembali menjalani ujian skripsi (ujian untuk sarjana S1) ketika bersilaturahim dengan Dewan Pengurus Pusat (DPP) dan Dewan Mudzakarah Hidayatullah di Kantor DPP Hidayatullah di Jakarta pada awal Februari lalu. Ketika itu, Shofwan diminta menjadi pemateri tunggal pada kajian bertema Peluang, Tantangan, dan Ancaman bagi Dakwah di ASEAN.
"Saya merasa seperti kembali menjalani sidang skripsi," kata Shofwan dengan nada merendah ketika menyampaikan paparan pembukanya.
"Saya merasa sungkan berbicara di sini karena bapak-baapak semua adalah guru-guru saya," terang pria berusia 28 tahun yang banyak memperoleh berbagai penghargaan internasional ini.
Ungkapan tersebut kontan disambut tawa para peserta diskusi yang memenuhi ruang rapat DPP Hidayatullah.
Setelah selesai memberikan pemaparan, para peserta langsung "menghujani" Shofwan dengan beberapa pertanyaan. Lagi-lagi, menimpali pertanyaan-pertanyaan tersebut, Shofwan berujar dengan nada merendah, "Seperti dugaan saya, ini benar-benar sidang skripsi."
Para peserta kembali tertawa.
Semoga di negeri ini banyak bermunculan pemuda-pemuda Muslim yang cerdas namun tak tinggi hati seperti ini. ***
(Dipublikasikan oleh Majalah Suara Hidayatullah edisi Maret 2016)
Namun, Sekretaris Eksekutif Pusat Studi ASEAN UI ini merasa kembali menjalani ujian skripsi (ujian untuk sarjana S1) ketika bersilaturahim dengan Dewan Pengurus Pusat (DPP) dan Dewan Mudzakarah Hidayatullah di Kantor DPP Hidayatullah di Jakarta pada awal Februari lalu. Ketika itu, Shofwan diminta menjadi pemateri tunggal pada kajian bertema Peluang, Tantangan, dan Ancaman bagi Dakwah di ASEAN.
"Saya merasa seperti kembali menjalani sidang skripsi," kata Shofwan dengan nada merendah ketika menyampaikan paparan pembukanya.
"Saya merasa sungkan berbicara di sini karena bapak-baapak semua adalah guru-guru saya," terang pria berusia 28 tahun yang banyak memperoleh berbagai penghargaan internasional ini.
Ungkapan tersebut kontan disambut tawa para peserta diskusi yang memenuhi ruang rapat DPP Hidayatullah.
Setelah selesai memberikan pemaparan, para peserta langsung "menghujani" Shofwan dengan beberapa pertanyaan. Lagi-lagi, menimpali pertanyaan-pertanyaan tersebut, Shofwan berujar dengan nada merendah, "Seperti dugaan saya, ini benar-benar sidang skripsi."
Para peserta kembali tertawa.
Semoga di negeri ini banyak bermunculan pemuda-pemuda Muslim yang cerdas namun tak tinggi hati seperti ini. ***
(Dipublikasikan oleh Majalah Suara Hidayatullah edisi Maret 2016)
