Selasa, 15 Desember 2015

Teroris

“…Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama…” ( Al Faathir [35]:28)
o0o

Tak sulit menemukan apa arti kata "teroris". Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara jelas disebutkan bahwa teroris berarti orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut.

Jadi, terhadap aksi pembunuhan massal di Paris, Perancis, pada pertengahan November lalu, janganlah ragu untuk menyatakan bahwa insiden tersebut adalah terorisme. Sebab, insiden tersebut jelas aksi kekerasan yang menewaskan setidaknya 150 warga sipil dan mencederai ratusan lainnya. Ketakutan menyelimuti warga Perancis setelah insiden tersebut meletus.

Jangan pula ragu untuk menyatakan bahwa tindak penyerangan warga Kristen terhadap Masjid As Syuhada di Kelurahan Girian Permai, Kota Bitung, Sulawesi Utara, tak lama sebelum meletusnya insiden di Perancis, sebagai aksi terorisme. Sebab, insiden tersebut telah membuat warga Muslim mengungsi karena ketakutan.

Pun begitu terhadap aksi pembakaran Masjid Baitul Muttaqien di Tolikara, Papua, saat shalat Idul Fitri, pada Juli lalu. Teror yang menyeret nama GIDI (Gereja Injil di Indonesia) ini telah menimbulkan ketakutan warga Muslim di wilayah paling timur Indonesia tersebut.

Meski tak sulit menyimpulkan aksi-aksi demikian sebagai tindak terorisme, namun bukan berarti kita dengan gampang bisa mengetahui siapa dalang sesungguhnya dari aksi teror tersebut, apalagi memastikan apa motifnya.

Kita tentu masih ingat tragedi WTC pada September 2001 silam yang hingga sekarang masih menyimpan sejumlah misteri tak terjawab. Begitu juga insiden bom Bali pada Oktober 2002 silam yang menyisakan sejumlah pertanyaan meski vonis telah dijatuhkan dan eksekusi telah dilakukan. Teori konspirasi atas kedua peristiwa tersebut begitu banyak beredar. Anehnya, semua masuk akal.

Meskipun kita sulit memastikan siapa dalang di balik semua kejadian ini, namun paling tidak, kita bisa menyimpulkan dua kemungkinan saja. Yakni, pelaku insiden adalah mereka yang gemar bertindak ekstrim (berlebih-lebihan atau melampauai batas), termasuk dalam urusan agama, atau musuh-musuh Islam yang memang sengaja hendak membuat makar terhadap agama Allah SWT.

Di masa mendatang, aksi-aksi teror seperti ini boleh jadi bakal terulang, bahkan mungkin lebih sering. Karena itu mari bijak menyikapinya. Jangan buru-buru terpancing hanya karena informasi-informasi yang tak jelas kebenarannya. Jangan pula mudah percaya oleh fakta-fakta yang tersodor di media massa.

Ikutilah petunjuk ulama yang terpercaya, yakni ulama faqih yang memiliki akhlak terpuji dan amat takut kepada Allah SWT. Dengarkan dan ikuti apa kata mereka. Teruslah bergerak di jalan dakwah dan tetaplah berada dalam shaf yang lurus. Dengan demikian, insya Allah, kita tak akan mudah masuk dalam perangkap propaganda, atau memiliki persepsi yang keliru terhadap Islam.

Wallahu a’lam.

(Dipublikasikan di Majalah Suara Hidayatullah edisi Desember 2015)