Rabu, 31 Desember 2014

Tangisan Sang Putri Duyung

Di sebelah barat kota Fakfak, Papua Barat, ada sebuah pantai yang elok pemandangannya. Pantai ini bernama pantai Kiat. Yang menarik di pantai ini adalah sosok Mayangsari. Ia bukan manusia, tapi seekor ikan. Ya, ikan duyung.

Jika ada orang yang ingin bertemu dengan Mayangsari, maka ia akan dipanggil ke pantai oleh penduduk setempat. Caranya, penduduk akan menarik tali panjang yang menjulur ke laut lepas.

Rupanya, di ujung tali itu terikat Mayangsari. Tali dililitkan ke bagian ekor ikan, lalu ditarik beramai-ramai. Sesampai di pantai, ikan mamalia tersebut akan ditonton beramai-ramai oleh manusia.

Menurut Siti Zaenab Makatita, wanita paruh baya yang memelihara ikan ini, Mayangsari diperkirakan berusia 24 tahun. Panjangnya sekitar empat meter.

Mayangsari dipelihara sejak kecil oleh Siti Zaenab bersama penduduk sekitar. Mayangsari tak suka makan ikan. Ia lebih suka makan rumput laut, kata Siti Zaenab kepada hidayatullah.com saat menemuinya di Pantai Kiat, akhir Desember 2014 lalu.

Uniknya, setiap kali didaratkan, pengunjung bisa melihat Mayangsari menangis. Ya, ia menitikkan air mata. Bahkan bisa berlama-lama. Tak tahu apa arti air mata tersebut. Yang jelas, saat didaratkan, ikan tersebut terlihat tak sehat. Gerakannya amat lamban. Mungkin ia sedih karena kebebasannya dirampas.

Entahlah! Yang jelas, Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasul-Nya melarang keras manusia menyakiti binatang.*


(Kisah ini bisa ditonton di video Air Mata Mayangsari)

(Dipublikasikan oleh situs Hidayatullah.com pada 31 Desember 2014)