... dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka)
dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
(Lukman [31]: 17)
Kaum Muslim pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat begitu disegani, baik oleh kawan maupun lawan. Itu karena mereka mau terus-menerus menegakkan kebaikan (amar ma’ruf) dan mencegah kemungkaran (nahi munkar).
Betapa banyak ayat al-Qur`an dan sabda Rasulullah SAW yang menyerukan hal tersebut. Bahkan, karena itu pula kaum Muslim disebut-sebut sebagai umat terbaik dari seluruh umat yang ada di muka bumi ini.
Namun, setelah berabad-abad lamanya, budaya yang mulia itu perlahan-lahan bergeser menjadi budaya individual. Tak mau peduli dengan saudara seiman dan hanya mau menyelamatkan diri sendiri saja.
Budaya seperti itu bahkan bergeser lagi menjadi rasa takut terhadap kemungkaran. Faktanya, di negeri ini begitu banyak kemungkaran berseliweran di depan kita tanpa ada yang mencegahnya, bahkan pemimpin Muslim sekalipun.
Budaya ini telah mengubah kaum Muslim yang gagah dan disegani menjadi macan ompong: Dari jauh tampak seram dan menakutkan, setelah didekati ternyata tak ada apa-apanya.
Jika keadaan ini dibiarkan terus, kita akan menjadi tontonan dan hiburan, bahkan menjadi alat permainan saja.
Mari gelorakan kembali amar ma’ruf dan nahi munkar!
(Dipublikasikan oleh Majalah Suara Hidayatullah edisi Juni 2014)
Kaum Muslim pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat begitu disegani, baik oleh kawan maupun lawan. Itu karena mereka mau terus-menerus menegakkan kebaikan (amar ma’ruf) dan mencegah kemungkaran (nahi munkar).
Betapa banyak ayat al-Qur`an dan sabda Rasulullah SAW yang menyerukan hal tersebut. Bahkan, karena itu pula kaum Muslim disebut-sebut sebagai umat terbaik dari seluruh umat yang ada di muka bumi ini.
Namun, setelah berabad-abad lamanya, budaya yang mulia itu perlahan-lahan bergeser menjadi budaya individual. Tak mau peduli dengan saudara seiman dan hanya mau menyelamatkan diri sendiri saja.
Budaya seperti itu bahkan bergeser lagi menjadi rasa takut terhadap kemungkaran. Faktanya, di negeri ini begitu banyak kemungkaran berseliweran di depan kita tanpa ada yang mencegahnya, bahkan pemimpin Muslim sekalipun.
Budaya ini telah mengubah kaum Muslim yang gagah dan disegani menjadi macan ompong: Dari jauh tampak seram dan menakutkan, setelah didekati ternyata tak ada apa-apanya.
Jika keadaan ini dibiarkan terus, kita akan menjadi tontonan dan hiburan, bahkan menjadi alat permainan saja.
Mari gelorakan kembali amar ma’ruf dan nahi munkar!
(Dipublikasikan oleh Majalah Suara Hidayatullah edisi Juni 2014)