… Sungguh (pada hal demikian itu terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (Al-Baqarah [2]: 164)
Pemuda itu
bernama Alexander Aan. Usianya baru 30 tahun. Ia lulusan
Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas
Padjajaran, Bandung. Dan, ia mengaku tak percaya bahwa Tuhan itu ada. Na'udzubillahi min dzalik!
Pada pekan
pertama April 2012 lalu, pemuda itu dihadapkan ke meja hijau di Pengadilan
Negeri Muaro Sijunjung, 80 kilometer dari kota Padang, Sumatera Barat. Ia
didakwa telah menghina ajaran Islam lewat jaringan dunia maya.
Ironisnya,
pria lajang yang awalnya memeluk Islam ini dibesarkan dalam keluarga yang taat
beribadah. Ketika kecil, ia rajin mengaji di surau (mushalla). Ia juga kenyang dengan pelajaran agama dan
ibadah.
Ketika
menginjak usia sekolah menengah pertama, ia mulai dihinggapi oleh banyak
pertanyaan. Terlebih ketika ia melihat banyak sekali kezaliman, kepedihan,
keculasan, dan penderitaan, di sekelilingnya. Ke mana Tuhan? Mengapa ini semua
dibiarkan terjadi? Begitulah ia bertanya.
Ia bukannya
tak menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Cuma, jawaban yang
ia peroleh salah!
Celakanya,
justru logikanya membenarkan kesalahan itu. Lama-kelamaan ia kian tersesat. Orang-orang
di sekitarnya tak lagi bisa menyelamatkan aqidah pemuda ini. Dan, puncak
celakanya, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala
mencabut nikmat iman pada dirinya. Rugilah ia, dunia dan akhirat.
Alex adalah
pemuda biasa sebagaimana halnya pemuda kebanyakan. Orangtuanya mengaku sejak kecil tak ada yang
aneh pada diri Alex. Ia amat menyayangi
kedua orangtuanya. Ia juga sayang kepada adik-adiknya.
Ada begitu
banyak Alex-Alex remaja di sekitar kita. Anak kita, mungkin satu di antaranya.
Mereka menyimpan banyak pertanyaan tentang hidup, fenomena sosial, juga tentang
Tuhan.
Pertanyaan-pertanyaan
ini tentu saja wajar. Pada masa dahulu kala Nabi Ibrahim Alaihissalam juga bertanya tentang Tuhan dan penciptaan makhluk.
Beruntung, Nabi Ibrahim AS langsung mendapat jawaban dari Allah SWT. Lantas bagaimana dengan kita? Kita bukan
nabi, bukan pula Rasul. Jadi, kita tak mungkin mendapat jawaban sebagaimana
halnya Nabi Ibrahim AS.
Namun jangan
khawatir. Allah SWT juga menyediakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu
untuk kita. Jawaban-jawaban itu ada pada hamparan langit, bentangan bumi, silih
bergantinya siang dan malam, bahtera yang berlayar di laut dengan membawa apa
yang berguna bagi manusia. Ada juga hujan yang turun dari langit, beragam jenis
hewan, serta berhembusnya angin dan awan di antara langit dan bumi.
Pendek kata,
dunia dan segala isinya ini adalah buku besar tentang kehidupan yang disediakan
Allah SWT untuk manusia. Tinggal
terserah pada kita, maukah kita membaca dan merenungkannya?
Mungkin
tak semua orang mau memikirkan hal tersebut. Mungkin juga ada yang tak sanggup
membacanya. Di sinilah peran
dakwah. Mereka harus diajak, dibimbing,
dan diberi contoh. Mereka juga harus
dilibatkan dalam rencana besar membangun peradaban Islam.
Jadi,
cukup hanya satu Alex, tak boleh ada Alex-Alex yang lain. Wallahu a’lam.*
(Dipublikasikan di Majalah Suara Hidayatullah edisi Mei 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat