Jumat, 04 Mei 2012

Jangan Abaikan Potensi Atheis

… Sungguh (pada hal demikian itu terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (Al-Baqarah [2]: 164) 

Pemuda itu bernama Alexander Aan. Usianya baru 30 tahun. Ia lulusan Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Padjajaran, Bandung. Dan, ia mengaku tak percaya bahwa Tuhan itu ada. Na'udzubillahi min dzalik!

Pada pekan pertama April 2012 lalu, pemuda itu dihadapkan ke meja hijau di Pengadilan Negeri Muaro Sijunjung, 80 kilometer dari kota Padang, Sumatera Barat. Ia didakwa telah menghina ajaran Islam lewat jaringan dunia maya.

Ironisnya, pria lajang yang awalnya memeluk Islam ini dibesarkan dalam keluarga yang taat beribadah. Ketika kecil, ia rajin mengaji di surau (mushalla). Ia juga kenyang dengan pelajaran agama dan ibadah.

Ketika menginjak usia sekolah menengah pertama, ia mulai dihinggapi oleh banyak pertanyaan. Terlebih ketika ia melihat banyak sekali kezaliman, kepedihan, keculasan, dan penderitaan, di sekelilingnya. Ke mana Tuhan? Mengapa ini semua dibiarkan terjadi? Begitulah ia bertanya.

Ia bukannya tak menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Cuma, jawaban yang ia peroleh salah!

Celakanya, justru logikanya membenarkan kesalahan itu. Lama-kelamaan ia kian tersesat. Orang-orang di sekitarnya tak lagi bisa menyelamatkan aqidah pemuda ini. Dan, puncak celakanya, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mencabut nikmat iman pada dirinya. Rugilah ia, dunia dan akhirat.

Alex adalah pemuda biasa sebagaimana halnya pemuda kebanyakan.  Orangtuanya mengaku sejak kecil tak ada yang aneh pada diri Alex.  Ia amat menyayangi kedua orangtuanya. Ia juga sayang kepada adik-adiknya.

Ada begitu banyak Alex-Alex remaja di sekitar kita. Anak kita, mungkin satu di antaranya. Mereka menyimpan banyak pertanyaan tentang hidup, fenomena sosial, juga tentang Tuhan.

Pertanyaan-pertanyaan ini tentu saja wajar. Pada masa dahulu kala Nabi Ibrahim Alaihissalam juga bertanya tentang Tuhan dan penciptaan makhluk. Beruntung, Nabi Ibrahim AS langsung mendapat jawaban dari Allah SWT.  Lantas bagaimana dengan kita? Kita bukan nabi, bukan pula Rasul. Jadi, kita tak mungkin mendapat jawaban sebagaimana halnya Nabi Ibrahim AS.

Namun jangan khawatir. Allah SWT juga menyediakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu untuk kita. Jawaban-jawaban itu ada pada hamparan langit, bentangan bumi, silih bergantinya siang dan malam, bahtera yang berlayar di laut dengan membawa apa yang berguna bagi manusia. Ada juga hujan yang turun dari langit, beragam jenis hewan, serta berhembusnya angin dan awan di antara langit dan bumi.

Pendek kata, dunia dan segala isinya ini adalah buku besar tentang kehidupan yang disediakan Allah SWT untuk manusia.  Tinggal terserah pada kita, maukah kita membaca dan merenungkannya?

Mungkin tak semua orang mau memikirkan hal tersebut. Mungkin juga ada yang tak sanggup membacanya.  Di sinilah peran dakwah.  Mereka harus diajak, dibimbing, dan diberi contoh.  Mereka juga harus dilibatkan dalam rencana besar membangun peradaban Islam.

Jadi, cukup hanya satu Alex, tak boleh ada Alex-Alex yang lain. Wallahu a’lam.*


(Dipublikasikan di Majalah Suara Hidayatullah edisi Mei 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat