Jumat, 29 Juli 2011

Cerdas Sejati, Cerdas Ukhrawi

Seorang siswa di Denpasar, Bali, yang memperoleh nilai 9 pada mata pelajaran bahasa Inggris, ternyata tak bisa berbicara dalam bahasa asing tersebut. Aneh! Padahal, menilik nilainya, dia bukan orang bodoh. Semua nilai ujian nasionalnya tinggi. Paling rendah angka delapan. Lalu, dari mana ia memperoleh angka-angka itu? 


Shalat tepat waktu adalah cerminan cerdas ukhrowi

Di Surabaya, Jawa Timur, anak-anak sebuah sekolah rela melakukan aksi menyontek massal demi memperoleh nilai tinggi. Bahkan, aksi ini konon didukung oleh guru-gurunya. 

Tindakan serupa juga dipertontonkan para pemimpin. Sejumlah gubernur dan bupati terindikasi menggunakan ijazah palsu saat pencalonan dirinya. Begitu juga sejumlah anggota dewan, baik tingkat pusat maupun daerah, telah terseret kasus pemalsuan ijazah. Entah berapa banyak kasus serupa yang tak terungkap. 

Rupanya, kecerdasan duniawi bisa dibeli. Karena itulah, kecerdasan duniawi bukan kecerdasan sejati. Kecerdasan ukhrawi, itulah kecerdasan yang sempurna. 

Kecerdasan ukhrawi akan terpancar dari pikiran, perkataan, dan tindakan. Kecerdasan ukhrawi tak bisa ditipu, apalagi dinyatakan dengan angka atau selembar kertas. Kecerdasan ukhrawi, tak sekadar menjamin seseorang sukses di dunia, tapi juga di akhirat. ***

(Dipublikasikan di rubrik Pengantar Kajian Utama, Majalah Suara Hidayatullah edisi Juli 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat