Rabu, 17 September 2025

Sopir Salah Belok Lalu Berkecamuklah Perang Dunia

Pagi itu, tanggal 28 Juni 1914, putra mahkota sekaligus pewaris tahta Kekaisaran Austria-Hongaria, Franz Ferdinand, tiba di Sarajevo, ibu kota Bosnia Herzegovina, bersama sang isteri Sophie Chotek. Ketika itu, Bosnia telah dianeksasi oleh Austria-Hongaria.

Franz dan Sophie mengendarai mobil atap terbuka. Mereka mengumbar senyum sambil melambaikan tangannya kepada masyarakat yang berkerumun ingin melihat keduanya. 

Tiba-tiba seseorang melemparkan sebuah bom ke arah iring-iringan mobil sang putra mahkota. Bom tersebut memantul dari kap mobil sang pangeran, menggelinding dan meledak tidak ketika berada di dekat mobil para pengawal Franz.

Asap membumbung, beberapa perwira pengawal Franz terluka parah. Namun, Franz dan isterinya selamat tanpa tergores sedikit pun. Misi pembunuhan kepada Franz gagal. Franz tetap melanjutkan rencana mengunjungi acara di balaikota.

Ketika pulang dari acara tersebut, Franz tiba-tiba punya rencana tak terduga. Ia ingin menjenguk para perwiranya yang tadi mengalami luka-luka di rumah sakit. Rupanya rencana mendadak Franz tersebut tak tersampaikan kepada sopir di mobil paling depan dari iring-iringan sang pangeran. 

Siapa yang mengira niat baik yang tiba-tiba ini justru membawa bencana bagi Franz, juga bencana besar bagi dunia. Mobil Franz terpisah dari iring-iringan pengawalnya. Pada suatu persimpangan di dekat Latin Bridge (Jembatan Latin), mobil yang dikendarai Franz salah berbelok. Akibatnya, mobil terpaksa berhenti untuk membetulkan arah.

Qadarullah, tak jauh dari jalan tersebut, Gavril Princip, seorang laki-laki berusia 19 tahun yang tadi baru saja gagal melempar bom ke mobil Franz, tengah berada di sebuah kafe. Ia melihat mobil Franz sedang berusaha berbalik arah.

Princip segera menghampiri mobil tersebut, mencabut pistol FN Model 1910, lalu menembak Sophie di bagian perut, dan melanjutkan tembakan kepada Franz di bagian leher. 

Franz sempat berseru kepada istrinya, “Sophie, jangan mati. Demi anak-anak kita!” Ia sendiri berlumuran darah. Perwira pengawalnya, Count Harrach, yang berada di sisi mobil, mendengar Franz berulang kali berbisik: “Es ist nichts... es ist nichts...” (“Ini bukan apa-apa... ini bukan apa-apa...”).

Namun darah terus mengalir dari leher Franz dan beberapa menit kemudian, ia meninggal. Sophie juga meninggal tidak lama setelah itu.

Siapakah Gavril Princip, sang penembak? Ia rupanya seorang tentara Black Hand (kelompok teroris) Serbia. Setelah menembak Franz dan istrinya, Princip langsung ditangkap di tempat kejadian. Masyarakat Serbia ketika itu memang banyak yang tak suka dengan dominasi Austria-Hongaria. Karena itulah sebagian orang Serbia kala itu meganggap Princip sebagai pahlawan nasional.

Sedangkan Franz Ferdinand, sanga pangeran, adalah putra Pangeran Karl Ludwig, adik Raja Austria-Hongaria Franz Joseph. Awalnya, putra mahkota Austria Hongaria adalah Pangeran Rudolf, putra Franz Joseph. Namun, pada tahun 1889 Rudolf bunuh diri. Peristiwa ini membuat ayah Franz Ferdinand menjadi calon raja berikutnya. Tahun 1896 ayahnya meninggal juga karena demam tifoid. Franz Ferdinand pun disiapkan menjadi calon raja berikutnya, sekaligus pewaris takhta Kekaisaran Austro-Hongaria.

Kematian Ferdinand menimbulkan amarah Austria-Hongaria kepada Serbia. Mereka mengirim ultimatum kepada Serbia agar segera menyelesaikan perkara ini. Tapi jawaban Serbia tidak menyenangkan dan membuat konflik semakin panas. Austria-Hongaria mendeklarasikan perang melawan Serbia pada 28 Juli 1941. 

Perang ini segera melebar karena negara lain ikut campur. Kekaisaran Rusia mendukung Serbia, sedangkan Austria-Hongaria mendapat jaminan perlindungan dari Kaisar Jerman, Wilhelm II. Sekutu Rusia, Perancis, merespons kejadian ini dengan menyatakan perang terhadap Jerman pada 3 Agustus. Lalu Jerman menduduki Belgia pada 4 Agustus. Peristiwa ini membuat Inggris menyatakan perang dengan Jerman.

Lalu, berkecamuklah Perang Dunia Pertama ... ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat