Jumat, 19 September 2025

Perang Balkan, Pemanasan Menuju Perang Dunia Pertama

Pada akhir abad ke 19, ketika Kekhilafahan Utsmaniyah kian lemah, muncullah gejolak di Balkan. Kala itu wilayah ini kerap disebut. “the powder keg of Europe” atau tong mesiu Eropa. 

Balkan adalah wilayah strategis. Letaknya di semenanjung Eropa Tenggara yang dikelilingi Laut Adriatik, Laut Aegea, dan Laut Hitam. Semenanjung inilah yang dinamakan Balkan. Secara geografis, Semenanjung Balkan mencakup daerah pegunungan dan pesisir.

Beberapa negara yang masuk dalam wilayah Balkan adalah Albania, Bosnia-Herzegovina, Bulgaria, Kroasia, Kosovo, Montenegro, Makedonia Utara, Serbia, Slovenia, Rumania (sebagian wilayah, khususnya Dobruja), Yunani (terutama Makedonia, Thrace, dan wilayah utara lainnya), serta Turki Eropa (wilayah kecil di barat Bosporus, termasuk Istanbul bagian barat).

Awalnya, wilayah Balkan termasuk bagian dari wilayah kekuasaan Khilafah Utsmaniyah. Namun, lemahnya kekhilafahan menyebabkan banyak dari negara-negara tersebut berusaha melepaskan diri. Sebutlah, misalnya, Yunani, memerdekakan diri pada tahun 1830. Serbia dan Montenegro pada tahun 1878. Demikian pula Bulgaria menjadi negara yang otonom.

Pada awal abad 20, negara-negara Balkan mulai berupaya memperluas wilayah kekuasaannya dengan merebut sejumlah wilayah yang masih berada dalam penguasaan Utsmaniyah, seperti Makedonia, Albania, dan Thrace. Bahkan tak sekadar itu, mereka juga berupaya mengusir Utsmaniyah dari Eropa.

Untuk memuluskan rencana ini negara-negara Balkan seperti Serbia, Montenegro, Yunani, dan Bulgaria, pada tahun 1912 --dua tahun sebelum meletusnya Perang Dunia Pertama-- membentuk Liga Balkan. 

Di sisi lain, terjadi pula perebutan pengaruh antar kekuatan besar. Rusia, misalnya, mendukung terbentuknya Liga Balkan. Sementara Austria-Hongaria, kekuatan besar lainnya, tak mendukung terbentuknya liga ini. Sebab, Austria-Hongaria merasa liga ini bisa memperkuat musuh utama mereka di Balkan, yakni Serbia. 

Bagi Austria-Hongaria, ambisi Serbia untuk menyatukan dan memimpin kaum Slavia Selatan (Yugoslavism) adalah ancaman. Jika Serbia makin kuat --apalagi dengan dukungan Rusia lewat Liga Balkan-- maka stabilitas Austria-Hongaria yang memiliki banyak rakyat Slavia --seperti Croatia, Bosnia, Slovenia-- akan terganggu.

Pada bulan Oktober 1912, meletuslah perang antara Liga Balkan dan Kekhilafahan Utsmaniyah. Perang ini dikenal dengan sebutan Perang Balkan I, berlangsung hingga Mei 1913. Pasukan Utsmani --yang memang sudah lemah-- kalah telak dalam perang ini. Utsmani kehilangan hampir semua wilayah Eropanya, tinggal sepotong kecil di sekitar Konstantinopel.

Setelah berhasil menang, negara-negara Liga Balkan malah saling berebut wilayah taklukan. Hal ini dipicu oleh rasa tidak puas Bulgaria atas pembagian wilayah Makedonia. Bulgaria lalu menyerang Serbia dan Yunani. Keduanya membalas serangan, dibantu Rumania. Uniknya, Utsmani yang tadinya kalah dalam Perang Balkan I, ikut masuk dalam kancah peperangan ini. Perang ini dinamakan Perang Balkan II, berlangsung dari bulan Juni hingga Agustus 1913. Bulgaria kalah dalam perang ini.

Pada Agustus 1913 ditandatanganilah Perjanjian Bucharest. Dalam perjanjian ini, Serbia memperoleh Makedonia bagian selatan sehingga kian memperbesar pengaruh dan wilayah kekuasaan mereka. Yunani juga mendapat bagian Makedonia dan Thessaloniki. Kekhilafahan Utsmani berhasil merebut kembali sebagian Thrace. Sedang Bulgaria kehilangan banyak wilayah. 

Akibat Perang Balkan, Serbia menjadi kian kuat, sementara Austria-Hongaria semakin merasa cemas. Perang Balkan ini dianggap sebagai “pemanasan” sebelum masuk Perang Dunia Pertama. Perang ini menyebabkan ketegangan internasional meningkat. Ibarat bensin yang sudah tersiram di atas jerami, tinggal menunggu pematiknya dinyalakan. Lalu, BUMMM! *** 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat