Sabtu, 05 Juli 2025

Persia dan Bangsa Yahudi

Tak sampai satu abad Babilonia menguasai Baitul Maqdis, mereka akhirnya bertekuk lutut kepada Kerajaan Persia di bawah pemerintahan Cyrus Agung atau Koresh II pada sekitar tahun 539 SM. Dengan demikian, otomatis, Persia mengambil alih penguasaan atas Palestina.

Masjid al-Aqsha, tempat di mana Nabi Sulaiman membangun Bait Suci. 

Pada awalnya, Persia hanyalah sebuah wilayah kecil di bagian barat daya Iran. Wilayah ini dibangun oleh Akhaimenes, leluhur Cyrus. Karena itulah kekaisaran Cyrus sering juga disebut Kekaisaran Akhemeniyah oleh sejarawan modern. 

Cyrus kemudian berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, mulai dari Turki, Israel, Georgia, dan Arabia di barat, sampai ke Kazakhstan, Kyrgyzstan, Sungai Indus (Pakistan) dan Oman di timur. Persia saat itu menjadi salah satu kekaisaran terluas di dunia.

Kisah penaklukan Babilonia oleh Persia dimulai tahun 540 SM, yakni ketika Cyrus atau Koresh II berhasil merebut Elam (Susiana) dan ibu kotanya, Susan, dari Babilonia. Awal Oktober 539 SM, tentara Persia kembali berhadapan dengan tentara Babilonia di tepi Sungai Opis di Tigris, utara Babilonia. Perang ini dinamakan pertempuran Opis. 

Dalam perang ini tentara Babilonia kembali dikalahkan oleh Persia. Raja Babilonia, Nebonidus, yang ketika itu ikut berperang di tepi Sungai Opis, melarikan diri ke Sippar.  Namun, pada 10 Oktober 539 SM, Kota Sippar juga direbut oleh Persia tanpa pertempuran. Nebonidus kembali melarikan diri ke Borsippa.

Perlu dipahami bahwa Nebonidus (556-539 SM) tidak memiliki garis keturunan dengan Nebukadnezar II yang terkenal (605-562 SM). Nebonidus berhasil mengambil tahta Babilonia ketika terjadi kekacauan politik di Babilonia saat suksesi kepemimpinan Nebukadnezar II dan keturunannya.

Tanggal 12 Oktober, panglima Persia, Gubaru, berhasil memasuki ibu kota Babilonia, Kota Babilon, lagi-lagi tanpa perlawanan berarti. Sejarawan Herodotus menjelaskan bahwa tentara Persia menggunakan danau yang dibangun oleh istri Nebonidus, Nitokris, untuk bisa masuk ke Babilon. 

Danau tersebut dipakai untuk menampung aliran air Sungai Eufrat yang dibelokkan oleh tentara Persia. Setelah dibelokkan, air sungai menjadi surut, dan pasukan Persia bisa masuk dengan mudah ke Kota Babilon.

Tak lama kemudian, Nebonidus kembali dari Borsippa dan langsung menyerah kepada tentara Persia. Dengan demikian, Nebonidus menjadi raja terakhir Kekaisaran Babilonia Baru. Cyrus sendiri baru masuk ke Kota Babilon pada 29 Oktober 539 SM.

Setelah berhasil merebut Babilonia, Cyrus Agung menyatakan dirinya sebagai "Raja Babilonia, Raja Sumeria dan Akkad, Raja empat penjuru dunia." Hal ini tercatat dalam Prasasti Cyrus (Cyrus Cylinder atau Tabung Koresh), sebuah prasasti yang ditemukan di Babilonia dan ditulis dalam bahasa Akkadia. 

Prasasti ini juga menceritakan bahwa Cyrus sangat dihormati oleh orang-orang Babilonia. Bahkan, Cyrus digambarkan sebagai sosok yang dipilih oleh dewa-dewa, terutama Marduk (dewa orang-orang Babilonia), untuk memimpin mereka.

Cyrus sendiri sebenarnya tidak menyembah Dewa Marduk. Ia dipercaya menganut agama Zoroastrianisme --atau setidaknya sangat berkaitan dengan kepercayaan Zoroaster (Zarathustra)-- yang mengajarkan penyembahan kepada Ahura Mazda sebagai Tuhan. Pada masa pemerintahan Cyrus, Zoroastrianisme memang berkembang sebagai sistem kepercayaan utama di Persia.

Meski kemungkinan menganut Zoroastrianisme, Cyrus dikenal sangat toleran terhadap agama-agama lain. Ia, sebagaimana tertulis dalam Prasasti Cyrus, mempersilahkan kepada masyarakat di wilayah yang dikuasainya untuk menganut kepercayaannya masing-masing, termasuk bangsa Yahudi. Ia tidak sebagaimana Nebukadnezar, raja Babilonia yang menghabisi Bagsa Yahudi ketika berhasil menguasai Palestina. 

Bahkan, ia mempersilahkan orang-orang Yahudi kembali ke Yerusalem dari pembuangannya di Babilonia dan tempat-tempat diaspora mereka. Ia juga mempersilahkan bangsa Yahudi membangun kembali Bait Suci yang dulu diluluhlantahkan oleh pasukan Babilonia. Pembangunan ini adalah kali kedua setelah pembangunan pertama dilakukan oleh Nabi Sulaiman. Pembangunan kedua ini baru selesai pada tahun 516 SM di masa pemerintanan Darius Agung. 

Tindakan Cyrus yang terbuka dan toleran ini sangat dihormati oleh Bangsa Yahudi, bahkan dipuji juga dalam kitab suci mereka. Yesaya 45 menyebut Cyrus sebagai "orang yang diurapi Tuhan". 

Namun, Yahudi sendiri, meskipun menganut monotheisme --tidak sebagaimana halnya Persia dan Babilonia yang masih percaya kepada dewa-dewa (banyak Tuhan)--- tetaplah banyak yang menyimpang dari ajaran Nabi Musa a.s.

Demikianlah sejak saat itu, Yerusalem kembali menjadi kota ibadah bagi kaum Yahudi sampai Kerajaan Makedonia di bawah Raja Aleksander Agung (Alexander the Great) dari Yunani berhasil menaklukkan Persia pada 332 SM.   ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat