Minggu, 16 April 2023

Jelajahilah, Perhatikanlah, dan Kabarkanlah!

Allah Ta'ala menyeru kepada manusia agar tidak diam di satu tempat saja. Manusia harus senantiasa bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Bahkan, bukan saja bergerak ke tempat-tempat yang dekat, juga bergerak ke tempat-tempat yang jauh. 

Tugas seorang jurnalis adalah menjelajah, memperhatikan, dan mengabarkan.

Seruan agar manusia senantiasa bergerak ini disebutkan oleh Allah Ta'ala dalam al-Qur'an dengan kata siiruu. Artinya, "jelajahilah," atau "berjalanlah." Seruan ini bahkan disebutkan berulang-ulang dalam al-Qur'an. Salah satunya terdapat dalam surat Ali-Imran [3] ayat 137:

قَدۡ خَلَتۡ مِن قَبۡلِكُمۡ سُنَنࣱ فَسِیرُوا۟ فِی ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُوا۟ كَیۡفَ كَانَ عَـٰقِبَةُ ٱلۡمُكَذِّبِینَ

Sungguh telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah (Allah), karena itu berjalanlah kamu ke (segenap penjuru) bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

Pada ayat yang lain Allah Ta'ala berfirman:

قُلۡ سِیرُوا۟ فِی ٱلۡأَرۡضِ ثُمَّ ٱنظُرُوا۟ كَیۡفَ كَانَ عَـٰقِبَةُ ٱلۡمُكَذِّبِینَ

Katakanlah, "Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu." (Al-An'am [6]: 11]

Setidaknya ada 8 ayat serupa dalam al-Qur'an yang menyeru agar kita berjalan di muka bumi atau menjelajahi bumi. Selain dua ayat di atas, ada pula surat Yusuf [12] ayat 109, surat An-Nahl [16] ayat 36, An-Naml [27] ayat 69, Ar-Rum [30] ayat 9 dan 42, dan surat Muhammad [47] ayat 10. 

Yang menarik, dalam ayat-ayat ini Allah Ta'ala bukan sekadar menyeru agar kita "menjelajahi muka bumi", namun juga menyeru agar kita "memperhatikan". Seruan agar kita "memperhatikan" ini disebutkan dengan kalimat fan-zhuruu. Artinya, "maka perhatikanlah."

Jadi, bukan jelajah sembarang jelajah, bukan pula berjalan-jalan tanpa makna. Jelajah yang diserukan ini adalah untuk memperhatikan semua peristiwa yang akan menjadikan kita paham akan sunnah-sunnah yang berlaku kepada semua mahluk Allah Ta'ala.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya tentang surat Ali Imron [3] ayat 137 menjelaskan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan musibah kekalahan kaum Muslim dalam perang Uhud. Dalam perang tersebut sebanyak 70 sahabat gugur. 

Lewat ayat ini Allah Ta'ala seperti ingin mengajak kaum Muslim untuk menjelajah ke masa silam. Bahwa umat-umat sebelum mereka juga mengalami kekalahan serupa. Tetapi pada akhirnya Allah Ta'ala memenangkan mereka, dan sebaliknya kekalahan ditimpakan kepada orang-orang yang kafir.

Demikian pula pada surat al-An'am [6] ayat 10 dan 11, Ibnu Katsir menafsirkan bahwa ayat-ayat ini berkenaan dengan petunjuk kepada Rasulullah saw. dalam menghadapi kaumnya yang selalu menetangnya dan mendustakannya. 

Lewat ayat ini Allah Ta'ala mengajak Rasul saw. dan para sahabatnya untuk melihat apa yang ditimpakan kepada generasi-generasi terdahulu yang kerap mengingkari dan mendustakan para Nabi Allah sebagaimana mereka jumpai pada kaumnya saat itu. Mereka ditimpa azab dan siksaan di dunia selain azab yang amat pedih menanti mereka di akhirat kelak. 

Dari ayat-ayat ini kita juga menjadi paham bahwa seruan Allah Ta'ala agar kita menjelajah bumi tak terbatas hanya pada penjelajahan fisik. Sebab, jasad kita tak mungkin bisa kembali ke peristiwa masa lampau. Tak mungkin kita bisa melompati waktu. 

Yang bisa kita lakukan adalah meniti kembali jejak-jejak masa lampau, baik berupa kisah-kisah yang tertulis, atau yang diceritakan para perawi yang mengerti tentang peristiwa tersebut. Bisa juga kita telusuri dari jejak-jejak fisik yang tersisa dari peninggalan masa lampau.

Apa pun itu, seruan agar kita menjelajahi bumi, atau berselancar ke peristiwa-peristiwa masa lalu, pada akhirnya akan membuat kita semakin dewasa dalam bersikap. Pikiran kita akan terbuka dan tidak lagi menjadi jumud (tidak mau berubah). Pantaslah bila Imam Syafe'i menulis nasehat yang isinya kira-kira sebagai berikut:

"Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan. Jika air mengalir menjadi jernih dan jika tidak mengalir air akan keruh menggenang."

"Begitu pula singa, jika tak tinggalkan sarang, tak akan dapat mangsa. Dan, anak panah, jika tidak tinggalkan busur, tak akan kena sasaran."


Kabarkanlah

Seruan agar kita menjelajahi dunia dan memperhatikan kesudahan berbagai peristiwa di berbagai belahan dunia, termasuk sejarah manusia pada masa lampau, tak akan sempurna bila tidak kita bagi kepada orang lain. 

Berbagai informasi yang kita temukan tersebut, jika tak dibagi kepada orang lain, hanya akan bermanfaat bagi diri kita sendiri. Padahal, Allah Ta'ala telah menyerukan kepada kita untuk menyampaikan kebaikan kepada orang lain.

Ada banyak sekali seruan agar kita mau menyampaikan kebenaran dan kebaikan kepada orang lain, baik dalam al-Qur'an maupun hadits. Salah satunya, Allah Ta'ala menyerukan dalam al-Qur'an surat Yasin [36] ayat 17:  

وَمَا عَلَیۡنَاۤ إِلَّا ٱلۡبَلَـٰغُ ٱلۡمُبِینُ

Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan dengan jelas.”

Syekh Abdurrahman As-Sa’diy menjelaskan dalam tafsirnya tentang ayat ini. Kata beliau, "Tugas kami hanyalah menyampaikan dengan ilmu yang jelas. Kami lakukan dan kami jelaskan untuk kalian. Apabila kalian mendapat hidayah, maka itulah keberuntungan dan taufik bagi kalian. Namun, apabila kalian tetap tersesat, maka tidak ada kewajiban bagi kami lagi (untuk mengubah paksa kalian).”

Demikian pula hikmah menyampaikan kebaikan kepada orang lain begitu besar. Dalam sebuah Hadits yang disampaikan oleh Abu Umamah al-Baahili bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

« إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، حَتَّى النَّمْلَةَ فِى جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ، لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ »

Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat/mendoakan kebaikan bagi orang yang menyampaikan kebaikan kepada manusia,” (Riwayat at-Tirmidzi).

Dengan demikian, tiga tugas ini; MENJELAJAH, MEMPERHATIKAN, dan MENGABARKAN, menjadi penting untuk kita laksanakan. Dan, ketiga tugas tersebut sesungguhnya adalah pekerjaan rutin seorang JURNALIS. 

Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat