Selasa, 07 Februari 2023

Seberapa Mahal Harga Surga?

Suatu hari Rasulullah s.a.w berkata kepada para sahabatnya, "Tidak ada amalan seorang pun yang bisa memasukkan ia ke dalam surga, dan menyelematkan ia dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat Allah," (Riwayat Muslim no. 2817).

Ibadah yang kita laksanakan bukanlah untuk membeli surga. Sebab, surga tak sebanding dengan semua amal yang kita kerjakan. Ibadah kita hanya untuk membuat Allah ridho lalu memberi kita rahmat yang menjadi sebab kita masuk surga.

Dari Hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah ini kita lantas merenung, "Kalau begitu, percuma dong kita beramal shaleh sebanyak-banyaknya, karena toh pada akhirnya tak akan sanggup membeli surga."

Perenungan ini akan berakibat celaka bilamana kita sampai pada kesimpulan tak ada gunanya lagi beramal shaleh. Sebab, semua pada akhirnya tergantung rahmat Allah Ta'ala, bukan amal shaleh manusia.

Benarkah seperti itu? Mari kita renungkan ilustrasi sederhana berikut ini. 

Seorang ayah suatu hari berkata kepada anak-anaknya, "Kalau kalian mau memijit kaki ayah barang sebentar saja, nanti akan ayah kasih modal usaha yang banyak sampai kalian sukses, atau ayah kuliahkan ke perguruan tinggi mana saja yang kalian mau sampai lulus."

Permintaan seorang ayah yang sangat menyayangi putra-putrinya seperti ini sering kita dapati dalam kehidupan sehari-hari. Permintaannya sederhana saja, tapi imbalan yang akan diberikannya luar biasa. Sangat tak imbang antara usaha sang anak dengan imbalan yang akan ia dapatkan dari sang ayah.

Jadi, memijit hanyalah sebagai sebab sang ayah menjadi senang dan ridha kepada anaknya, kemudian memberikan yang terbaik untuk mereka. Imbalan yang diberikan sang ayah sesungguhnya bukanlah pengganti dari jasa pijitan sang anak. Sebab, keduanya amat tak imbang.

Lantas bagaimana kalau sang anak menolak perintah sang ayah? Kalau penolakan tersebut hanya sekali, barangkali sang ayah akan maklum dan memaafkannya. Tapi kalau sang anak menolak berkali-kali, bahkan membangkang dan mengingkari, mungkin saja sang ayah akan kecewa dan tidak akan memberikan apa yang tadinya ia sebutkan. 

Begitu pula kaum Muslim terhadap Rabbnya. Seruan Allah Ta'ala kepada manusia sebetulnya amat tak imbang dengan surga yang dijanjikan-Nya kepada umat manusia manakala mereka mau mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Bahkan, andai pada hari pertama manusia lahir ke dunia sampai di penghujung hayatnya, ia beribadah terus kepada Allah Ta'ala dan tak pernah melakukan dosa sedikit pun, itu pun tak akan mampu membayar surga yang penuh dengan limpahan kenikmatan. 

Kita hanya diperintahkan oleh Allah Ta'ala untuk beramal shalih agar mendapat karunia surga. Perintah ini banyak terdapat di dalam al-Qur'an dan Hadits Rasulullah s.a.w. Beberapa di antaranya terdapat dalam surat Az-Zukhruf [43] ayat 72. 

وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

"Dan itulah surga yang dikaruniakan kepada kamu karena amal yang telah kamu kerjakan (di dunia)."

Atau, dalam surat al-Waaqi’ah [56] ayat 22 hingga 24:

وحور عِينٌ * كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ * جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Dan bidadari-bidadari surga berkulit putih bersih dan bermata indah. Bidadari -bidadari itu putih bersih bagaikan mutiara-mutiara yang bejejer rapi. Semua itu sebagai balasan bagi orang-orang mukmin atas amal sholih yang mereka kerjakan di dunia.” 

Jadi, sebagaimana diungkapkan oleh Syekh Ibnu ‘Utsamin dalam Syarah Riyadhus Sholihin, amal-amal kebaikan yang dilakukan manusia selama di dunia hanyalah sebagai sebab Allah Ta'ala memasukkannya ke dalam surga, bukan sebagai pengganti. Sebab, jika sebagai pengganti, maka surga tak akan bisa digantikan oleh apa pun yang dilakukan atau dipunyai manusia di muka bumi.

Sekali lagi, tidak benar bila kemudian seorang berpangku tangan merasa cukup bergantung dengan rahmat Allah Ta'ala, lalu meninggalkan amal shalih karena menganggapnya tidak penting. Karena Allah Ta'ala menetapkan segala sesuatu dengan sebab dan akibat. 

Allah Ta'ala berfirman dalam surat al-Baqarah [2] ayat 218:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Allah ‘azzawajalla telah menjadikan amal-amal shalih kita sebagai sebab mendapatkan rahmat-Nya; yang pada akhirnya menjadi sebab pula untuk meraih surga-Nya.

Wallahu a'lam. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat