Rabu, 30 Maret 2022

Laporan Pelaksanaan Program MUI Menyapa Anjal dan Dhuafa

Berikut adalah Laporan Pelaksanaan Kegiatan MUI Menyapa Anak Jalanan dan Dhuafa yang berlangsung pada 23 Maret 2022 di Sekolah Master, Depok.

Foto bersama setelah kegiatan

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN
MUI MENYAPA ANAK JALANAN DAN DHUAFA
KERJASAMA KOMISI INFOKOM MUI DAN BAZNAS
TAHUN 1443 H/2022 M 


A. LATAR BELAKANG

Komisi Informasi dan Komunikasi (Infokom), sebagai salah satu komisi di Majelis Ulama Indonesia (MUI), mendapat amanah untuk melakukan desiminasi, publikasi, dan penginformasian dakwah Islam melalui sejumlah media, baik majalah, website, maupun beberapa platform media sosial seperti facebook, youtube, instagram, twitter, dan tiktok. Di sisi lain, MUI sebagai tempat berkumpulnya berbagai ormas Islam di Indonesia, berperan membimbing dan melayani umat (khadim al ummah) di semua lapisan masyarakat. 

Sebagai komisi yang konsen menangani persoalan informasi dan komunikasi, Infokom MUI terpanggil untuk menyelenggarakan kegiatan bertajuk "MUI Menyapa Anak Jalanan dan Dhuafa" sebagai pengejawantahan dari peran MUI melayani umat. Bentuk sapaan tersebut adalah dengan memberikan pemahaman yang baik kepada mereka tentang berinternet sehat dan upaya menangkal konten negatif di media-media sosial. 

Anak jalanan adalah istilah yang mengacu pada anak-anak tunawisma yang tinggal di wilayah jalanan. Lebih mendetail, menurut UNICEF, anak jalanan berusia di bawah 18 tahun dan tinggal di wilayah kosong yang tidak memadai, serta biasanya tidak ada pengawasan kepada mereka.

Pandangan lain yang lebih komprehensif mendefinisikan anak jalanan sebagai anak-anak yang merasa rumah mereka tidak cukup nyaman untuk mengaktualisasikan diri sehingga mereka lebih memilih untuk keluar ke jalanan. Ketidaknyamanan itu dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti pertengkaran rumah tanga oleh orang tua, kondisi ekonomi yang tidak memadai, dan faktor-faktor lainnya. 

Sedangkan anak-anak dhuafa adalah anak-anak yang berasal dari keluarga yang secara ekonomi tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Antara anak-anak jalanan dan anak-anak dhuafa ini memiliki irisan yang besar meskipun tidak semua anak-jalanan berasal dari keluarga tak mampu dan tidak semua anak-anak dhuafa memilih untuk tinggal di jalanan.  

Namun, kedua kelompok anak-anak ini adalah bagian dari ummat yang berhak mendapat pelayanan dari MUI. Di sisi lain, perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat saat ini menjadikan anak-anak jalanan dan dhuafa sebagai kelompok anak-anak yang rentan menjadi korban dari dampak negatif internet. Padahal, jika dimanfaatkan secara positif, internet bisa juga menjadi sarana yang efektif dan efisien untuk berniaga.  


B. PERSIAPAN KEGIATAN

Persiapan kegiatan MUI Menyapa Anak Jalanan dan Dhuafa diawali dengan sejumlah rapat koordinasi antara MUI dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) sebagai mitra. Setelah itu, pada tanggal 9 Maret 2022 (Rabu), diadakan rapat offline beberapa pengurus MUI Komisi Infokom untuk menyusun panitia kegiatan sekaligus memutuskan bahwa audien dari kegiatan ini adalah anak-anak jalanan dan dhuafa yang dididik di Sekolah Masjid Terminal (Master) yang berlokasi di Jalan Margonda Raya, tepatnya di samping terminal Depok, Jawa Barat.

Dipilihnya Sekolah Master dan anak-anak yang dididik di sana sebagai audiens didasarkan atas sejumlah alasan. Pertama, sekolah tersebut sudah berdiri sejak lama sekali, yakni sejak 20 tahun yang lalu. Sudah banyak anak-anak jalanan dan dhuafa yang mereka didik dan mereka luluskan.   

Awalnya, menurut Bpk Nurrokhim, pendiri sekolah Master, sekolah tersebut berasal dari masjid terminal Depok. Di masjid itu banyak anak-anak jalanan yang singgah untuk shalat atau beristirahat. Lalu muncullah gagasan untuk mendidik anak-anak tersebut. Lama kelamaan, atas bantuan masyarakat setempat, kegiatan belajar mengajar ini berkembang menjadi sebuah sekolah sederhana.
 
Kedua, sekolah tersebut bukanlah berorientasi bisnis, namun sosial. Anak-anak yang bersekolah di sana, menurut Bpk Nurrokhim, tak dipungut bayaran sama sekali. Biaya operasional diperoleh dari para mukhlisin yang ingin ikut berpartisipasi mendidik anak-anak jalanan dan dhuafa tersebut. Begitu juga kebanyakan para guru yang mengajar di sana adalah relawan.  

Gedung sekolah pun masih sederhana. Terbuat dari kontainer-kontainer yang disusun bertingkat. Ada juga sebuah musholla terbuka di tengah-tengah sekolah, serta masjid cukup besar di bagian depan agak terpisah dari ruang-ruang sekolah. Di masjid inilah kegiatan MUI Menyapa Anak Jalanan dan Dhuafa diselenggarakan. Masjid ini juga sering digunakan oleh para dhuafa untuk menginap.

Alasan ketiga, kebanyakan anak-anak yang bersekolah di Sekolah Master, menurut pembina OSIS Sekolah Master, Bpk Bambang Wahyudin, kesulitan ekonomi dan kurang perhatian keluarga. Sementara itu, menurut Bpk Nurokhim, pendiri Sekolah Master, anak-anak yang belajar di sekolah tersebut terkategori atas tiga kelompok. Pertama, mereka yang menetap di sekolah. Kedua, mereka yang sekadar singgah namun tidak menetap. Ketiga, mereka yang hanya bersekolah di sana. Namun, semua anak-anak tersebut terkategori dhuafa dan anak jalanan.
 
Panitia kegiatan telah dua kali melakukan survei ke sekolah tersebut dan berkomunikasi dengan Bp Nurrokhim dan Bpk Bambang Wahyudin. Kunjungan pertama pada hari Jumat tanggal 11 Maret 2022, dan kunjungan kedua pada hari Sabtu tanggal 19 Maret 2022. Kedua kunjungan tersebut bertujuan untuk melakukan survei awal dan memastikan persiapan akhir sebelum acara dimulai.

C. PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan MUI Menyapa Anak Jalanan dan Dhuafa berlangsung pada hari Rabu tanggal 23 Maret 2022. Sebanyak 25 anak jalanan dan dhuafa yang menjadi siswa Sekolah Master, Depok, mengikuti serangkaian acara yang mulai digelar pukul 09.00 hingga pukul 15.00 WIB di masjid yang terletak di bagian depan Sekolah Master.

Sejumlah materi yang diberikan antara lain: ragam manfaat teknologi internet, antisipasi dampak negatif dunia online, pengenalan marketplace, serta cara pembuatan foto dan video produk yang akan dijual di marketplace. Tak lupa disampaikan pula wawasan tentang MUI dan Islam Wasathiyyah oleh Ketua Komisi Infokom MUI, KH Mabroer MS.

Acara dibuka oleh Wasekjen MUI Bidang Infokom, KH Asrori S Karni, dan dihadiri juga oleh Ketua MUI Depok, KHِ Ahmad Dimyathi Badruzzaman serta Ketua Komisi Infokom MUI Depok, H Andre Anjarkasih.

Dalam acara tersebut, Ketua Komisi Infokom MUI Pusat, KH Mabroer MS, menyatakan bahwa sudah menjadi tugas MUI untuk menyapa umat di semua lapisan masyarakat. Anak jalanan dan dhuafa, kata KH Mabroer, adalah bagian dari masyarakat yang memiliki hak yang sama untuk mendapat perhatian dari MUI.

Adapun materi yang disampaikan sesuai dengan permintaan pihak pendidik di Sekolah Master bahwa anak-anak jalanan tersebut harus dibekali kemampuan untuk menggunakan internet sebagai sarana berniaga. Karena itulah materi pertama yang disampaikan bertajuk pengenalan marketplace yang disampaikan oleh Bpk Guntur Subagja, sekretaris Lembaga Wakaf MUI sekaligus asisten staf khusus Wakil Presiden RI. Bpk Guntur juga adalah pengamat sekaligus  pelaku marketplace. Ia memaparkan bahwa kemajuan teknologi internet saat ini sangat bisa dimanfaatkan untuk berusaha dan mendapatkan keuntungan secara halal, efektif, dan efisien.

Bahkan, menurut Bpk Guntur, dengan adanya internet, kita tak perlu lagi memiliki toko tempat berjualan seperti dulu. Cukup mendaftar dan berjualan di pasar internet, pembeli pun datang dengan sendirinya dan kita bisa berkomunikasi serta bertransaksi lewat internet. Bpk Guntur juga menyebutkan beberapa contoh orang-orang yang sukses berniaga lewat marketplace.

Pemateri kedua, Bpk Ridho Azlam M.I.Kom, dosen, peneliti, sekaligus conten creator yang menyajikan materi berjudul fotografi produk UMKM. Pemateri ketiga dan keempat adalah Bpk Yayat Suratmo dan Bpk Angga Ulung Tranggana, pengurus Komisi Infokom MUI, masing-masing membawakan materi bertajuk antisipasi dampak negatif teknologi internet dan ragam manfaat teknologi internet.

Para peserta terlihat antusias mengikuti semua materi yang disajikan dari awal hingga akhir, terutama saat mereka diajarkan bagaimana cara menulis dan memotret produk dengan benar. Mereka juga cukup aktif berdiskusi dengan para pemateri, baik bertanya maupun menjawab pertanyaan.


D. SARAN-SARAN

Dari pelaksanaan program ini ada beberapa saran yang bisa dicatat. Pertama, kegiatan positif seperti ini hendaklah dilakukan secara berkala dengan tema "MUI Menyapa". Sebab, ini merupakan bagian dari khidmat MUI kepada masyarakat di semua lapisan. Mereka akan merasakan keberadaan MUI karena MUI hadir dan menyapa mereka secara langsung tanpa perantaraan media.

Adapun audien yang disapa bisa bermacam-macam. Sebagai contoh, para pengemudi angkutan umum, narapidana, ibu-ibu pengajian, pemulung dan pedagang asongan, atau para ketua OSIS, Ketua Karang Taruna, dan Ketua Remaja Masjid.

Kedua, dalam setiap kegiatan perlu adanya tindak lanjut pembinaan. Tindak lanjut ini bisa dilakukan oleh MUI Propinsi/Kota, oramas-ormas Islam yang ada di wilayah tersebut, atau pemerintah daerah. Ini dimaksudkan agar pembinaan tidak terputus dan potensi-potensi mereka bisa tersalurkan.

Ketiga, materi yang diberikan harus disesuaikan dengan kebutuhan audiens. Masing-masing kelompok masyarakat tentu memiliki kebutuhan yang berbeda. Ada yang perlu keterampilan/skill, ada pula nasehat-nasehat untuk penguatan. Namun, dalam setiap materi, perlu dipahamkan soal Islam Wasathiyyah untuk memperkuat pesatuan ummat Islam, keutuhan bangsa, serta sinergi antara ulama dan umara (pemerintah).

Demikian laporan ini saya buat.

Jakarta, 30 Maret 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat