Sabtu, 02 Oktober 2021

"Tolong Kirimkan Ustadz Kepada Kami"

Menjelang magrib, pada Sabtu (25/9), masyarakat Muslim di Kampung Jerukin, Pulau Maikoor, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku, sudah berkumpul di masjid kecil berukuran sekitar 4x4 meter. Itulah satu-satunya masjid di kampung itu.


Jumlah jamaah tidak penuh. Hanya 3 shaf saja. Itu pun, pada shaf ketiga, kebanyakan diisi anak-anak. Sedang ibu-ibu ada di bagian belakang, terpisah dengan kain hijab. 

Namun, menurut Ahmad Djamiri, imam masjid, jumlah penduduk yang shalat pada magrib itu terbilang banyak. "Biasanya tidak sampai seperti ini," jelas Ahmad.

Kampung Jerukin berpenghuni 60 kepala keluarga (KK). Dari jumlah tersebut, 30 KK beragama Islam. Selebihnya penganut Kristen. Sebuah gereja berdiri juga di sana.

Ahmad menjelaskan, sudah lebih dari 2 tahun kampungnya tidak lagi memiliki ustadz. Dulu, seorang ustadz pernah bertugas di kampungnya. Namun, ustadz tersebut pindah ke Kota Dobo, Pulau Warmar, ibukota Kabupaten Kepulauan Aru. Sejak itu, tak pernah ada lagi ustadz yang berdakwah di kampung itu.

Padahal, kata Ahmad lagi, hampir semua penduduk di kampung itu belum bisa membaca al-Qur'an. Ia sendiri juga baru belajar menjadi imam dari ustadz yang sebelumnya bertugas di kampung itu. Hafalannya pun belum banyak.

Dulu, ustad yang bertugas di kampung tersebut sempat mengajari Ahmad tata cara memimpin shalat Jum'at. Namun, untuk memimpin shalat Idul Fitri atau Idul Adha, ia belum bisa. Akibatnya, masyarakat yang ingin menunaikan kedua shalat di hari raya tersebut terpaksa harus mengungsi ke kota sebelum hari raya tiba.

Ibu-ibu juga belum ada majelis taklimnya. Maklumlah, jelas Ahmad, belum ada ustadzah yang bisa membina mereka. Ahmad sendiri baru bisa mengajar anak-anak mengaji. 

"Kampung ini sangat membutuhkan kehadiran ustadz. Tolong kirimkan (ustadz) kepada kami," jelas Ahmad.

Ketika PosDai Hidayatullah menawarkan kepada Ahmad agar mengirimkan beberapa remaja untuk dididik di pesantren Hidayatullah, ia tak yakin bisa. "Kebayakan orang tua di sini tak mengizinkan anaknya pergi merantau," kata Ahmad. Mereka lebih suka bila anak-anaknya belajar menangkap ikan atau mencari kepiting bakau.

Padahal, anak-anak yang telah dididik di Sekolah Dai oleh PosDai Hidayatullah akan dikembalikan ke kampungnya untuk berdakwah di sana. Masa belajar pun tidak lama.

Ahmad juga bercerita bahwa beberapa bulan lalu pernah ada para dai Jamaah Tabligh datang ke kampung mereka. Namun, mereka tidak menetap lama. Mereka hanya berdakwah beberapa hari saja di kampung itu. Setelah itu mereka pergi ke pulau yang lain.

Ketua DPW Hidayatullah Maluku, Sulaiman Ismail, saat menyertai penulis menyambangi Kampung Jerukin dalam program Safari Dakwah di Kepulauan Aru atas undangan PosDai Hidayatullah (25/9) menyatakan akan berupaya memenuhi permintaan masyarakat kampung tersebut. "Insya Allah jika nanti jumlah dai kita sudah cukup, maka akan kita kirimkan dai ke kampung ini," jelas Sulaiman.

Semoga Allah Ta'ala memudahkan ikhtiar ini. Aamiiin. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat