Selasa, 31 Maret 2020

Tak Ada Kesabaran dari Orang yang Frustasi

Thomas Schaefer, menteri keuangan salah satu negara bagian Jerman, Hesse, dikhabarkan bunuh diri karena merasa tak mampu menanggulangi keruntuhan ekonomi akibat serangan virus corona. Pria berusia 45 tahun ini, menurut laporan Aljazeera, ditemukan tewas di dekat jalur kereta api pada hari Sabtu (28/3) waktu setempat.

Cerita yang miris juga kita dengar sebelumnya dari India. Negara ini rusuh setelah Perdana Menteri Narendra Modi mengumumkan karantina masal (lockdown) selama 21 hari. Polisi India memukul warga yang masih kedapatan berkeliaran di jalanan. Warga frustasi. Lima hari setelah lockdown diumumkan, India rusuh. Masyarakat sudah mencapai puncak frustasi.

Di Iran, ratusan orang dikhabarkan meninggal setelah meminum cairan methanol. Mereka, sebagaimana dilansir South China Morning Post, termakan berita hoax yang mengatakan bahwa alkohol (methanol) bisa mencuci dan mensterilkan saluran pencernaan dari virus corona. Lagi-lagi, ini terjadi karena mereka sudah frustasi. Mereka tak sanggup lagi berfikir normal.

Frustasi adalah penyakit yang jauh lebih dahsyat dari penyakit itu sendiri. Pantaslah bila Ali bin Abi Thalib berkata, “Aku tak pernah takut pada semua masalah dan kesulitan yang aku hadapi. Tapi yang aku takutkan pada ketakutanku itu sendiri."

Sebenarnya ada banyak kisah terdahulu yang sarat dengan nasehat bagaimana menghilangkan rasa frustasi akibat musibah. Kisah paling mashur adalah musibah yang dialami Nabi Ayyub AS. Rasanya tak ada musibah lebih mengenaskan dibanding apa yang beliau alami.

Pada mulanya Ayub adalah saudagar kaya dengan harta yang sangat berlimpah. Beliau memiliki tanah yang luas ditambah sapi, unta, kambing, kuda dan keledai yang sangat banyak. Beliau juga dikaruniai anak lelaki dan anak perempuan. Lengkaplah kebahagiaan Ayyub.

Lalu musibah datang. Beliau diuji oleh Allah Ta'ala dengan penyakit judzam, penyakit kulit semacam lepra. Sekujur tubuh beliau penuh dengan penyakit itu. Yang tersisa hanya hati dan lisannya yang selalu berzikir.

Tak cukup sampai di situ, beliau juga kehilangan seluruh hartanya dan anak-anaknya. Semua orang menjauhinya. Bahkan, sang istri yang tadinya setia menemani, menurut Tafsir al-Qur'an al-Azhim, akhirnya pergi meninggalkannya.

Apa yang dilakukan Ayyub ketika musibah itu datang? Bersabar dan berzikir, tentu saja. Simaklah perkataan Ayyub ketika setan datang menggodanya, sebagaimana dinukil dari Tafsir Al Baghawi, "Segala puji bagi Allah. Dialah yang memberi, Dialah pula yang berhak mengambil."

Saat ini, kita tak tahu sampai kapan wabah corona akan berakhir. Boleh jadi Allah Ta'ala hendak melihat seberapa sabar kita menghadapi musibah ini sebagaimana Nabi Ayyub.

Namun, tak ada kesabaran dari orang-orang yang frustasi. Wallahu alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat