Minggu, 02 Desember 2018

Jagalah Lisanmu

Lisan manusia bisa menyebabkan kebinasaan dan kehancuran. Celakanya, manusia sering abai akan hal ini. Bahkan, kata Rasulullah SAW, kebanyakan dosa anak Adam berada pada lisannya.

Tentang hal ini, Syaqiq pernah bercerita bahwa pada suatu ketika Abdullah bin Mas’ud bertalbiyah di atas bukit shofa seraya mengungkapkan “Wahai lisan, berkatalah yang baik, niscaya engkau akan memperoleh kebaikan, atau diamlah, niscaya engkau akan selamat sebelum engkau menyesal.”

Mendengar hal ini para sahabat bertanya, “Wahai Abu Abdurrahman (Ibnu Mas’ud), apakah itu engkau ungkapkan sendiri, atau engkau pernah mendengarnya (dari Rasulullah SAW)?”

Ibnu Mas'ud kemudian menjawab, “Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda,
'Kebanyakan dosa anak-anak Adam berada pada lisannya'.” (Riwayat ath-Thabraniy, Abu asy-Syaikh dan Ibnu Asakir).

Senada dengan ini, Rasulullah SAW pernah ditanya tentang hal terbanyak yang dapat memasukkan manusia ke dalam surga. Beliau menjawab, sebagaimana dikisahkan Abu Hurairah, “Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik."

Kemudian beliau ditanya lagi tentang hal terbanyak yang dapat memasukkan manusia ke dalam neraka. Beliau menjawab, “Mulut dan farji (kemaluan),” (Riwayat at-Turmudziy dan Ibnu Majah)

Lisan sangat mudah menjerumuskan manusia, hatta orang baik sekali pun. Sebab, tak ada manusia yang suka hidup sendiri. Manusia butuh berinteraksi dengan sesamanya. Mereka suka saling bercerita. Ketika itulah lisan kerap tak terjaga.

Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah, dalam kitabnya berjudul Ad-Da’wa ad-Dawa’ halaman 191, telah mengingatkan kita soal ini. Beliau berkata, "Amat mengherankan bahwa ada orang yang dengan mudah dapat menjaga diri dari makan makanan yang haram, berbuat zalim, berzina, mencuri, minum khamar, dan memandang sesuatu yang haram, namun sulit menjaga gerakan lisannya. ... Padahal satu kalimat saja akan dapat menjatuhkannya dengan jarak lebih jauh dari jarak antara timur dan barat.”

Rasulullah SAW juga mengingatkan kepada umatnya tentang bahaya lisan. Beliau bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah, "Sesungguhnya seorang hamba mengatakan suatu kalimat yang mendatangkan murka Allah Ta’ala yang ia tidak menaruh perhatian padanya namun mengakibatkannya dijerumuskan ia ke dalam neraka Jahannam," (Riwayat Bukhari, Turmudziy, dan Ibnu Majah).

Uqbah bin Amir pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasululllah, apakah keselamatan itu?” Beliau menjawab, “Jagalah lisanmu atasmu, lapangkanlah rumahmu dan menangislah atas dosa-dosamu." (Riwayat at-Turmudziy)

Pada kesempatan lain, Rasulullah juga berkata, sebagaimana dikisahkan oleh Abu Hurairah, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam," (Riwayat Bukhori dan Muslim)

Hati dan Lisan

Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqofiy pada suatu hari bertanya kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah! Ceritakan kepadaku suatu perkara yang aku dapat berpegang kepadanya." Rasulullah SAW menjawab, "Ucapkanlah 'Rabb-ku adalah Allah,' kemudian istiqomahlah."

Sufyan lalu bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apakah yang paling engkau khawatirkan di antara yang engkau khawatirkan?” Rasulullah SAW kemudian memegang lidahnya sendiri seraya berkata, “Ini.” (Riwayat Turmudziy, Ibnu Majah, Darimiy, dan Ahmad)

Apa makna dua perkara penting, yakni istiqomah dan lidah, yang disebut Rasulullah SAW dalam hadits di atas?

Syaikh Salim bin Ied al-Hilaliy, dalam kitabnya Bahjah an-Nazhirin menjelaskan bahwa dasar dari istiqomahnya seseorang adalah istiqomahnya hati. Bila hati telah istiqomah maka istiqomah pulalah semua anggota tubuhnya di dalam mentaati Allah Azza wa Jalla.

Selain hati, kata Syaikh Salim, hal paling penting yang harus dijaga adalah lisan. Sebab, lisan adalah penerjemah hati. Wajarlah bila Rasulullah SAW mewasiatkan kepada manusia agar menjaga lisannya setelah menjaga istiqomahnya. Tak akan sempurna keistiqomahan seseorang bila ia tak mampu menjaga lisannya.

Abu Sa’id al-Khudriy bercerita bahwa Rasulullah SAW pernah berkata, "Apabila manusia menjelang pagi, maka semua anggota badannya menyalahkan lisannya. Mereka berkata, '(Wahai lisan) bertakwalah engkau kepada Allah, karena kami. Maka sesungguhnya keadaan kami tergantung kepadamu. Jika kamu istiqomah, kami pun istiqomah. Namun jika kamu menyimpang, maka kami pun menyimpang',” (Riwayat at-Turmudziy dan Ahmad).

Terakhir, perhatikan Hadits Rasulullah SAW yang disampaikan Abu Musa (al-Asy’ariy). Saat itu Abu Musa dan sahabat yang lain bertanya kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah, Islam apakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Yaitu orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya," (Riwayat Bukhori, Muslim, Turmudzi, Nasa’i, dan Darimi).

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat