Sekali waktu cobalah simak
apa yang seseorang bicarakan kepada orang lain? Jika keduanya saling
menasehati, tentu saja itu baik. Islam memang menganjurkan hal itu. Tapi,
apakah benar nasehat tersebut mendominasi pembicaraan mereka?
Kebanyakan orang yang sedang
mengobrol lebih banyak saling memberi informasi ketimbang saling menasehati.
Nah, informasi apakah yang mereka bagi?
Jika informasi bermanfaat
yang dibagi, tentu saja itu baik. Tapi, apa benar kebanyakan obrolan didominasi
oleh informasi-informasi yang bermanfaat?
Rasanya tidak! Kebanyakan
obrolan berisi informasi-informasi ringan, menghibur, namun tak banyak
manfaatnya. Kebanyakan obrolan bercerita tentang diri sendiri atau diri orang
lain.
Nah, saat itulah seseorang
kerap terjebak oleh perbuatan riya' (menceritakan kehebatan diri sendiri dengan
tujuan ingin dipuji), ghibah (menceritakan keadaan orang lain yang tidak
disukai oleh orang tersebut), namimah (mengadu domba), atau fitnah (bercerita
bohong tentang orang lain).
Saat itulah obrolan kita tak
menjadikan kebaikan kita bertambah, malah keburukan yang berlipat ganda.
Bahkan, bukan sekadar keburukan yang bertambah, kebaikan yang kita kumpulkan
selama ini pun bisa lenyap seketika.
Hati-hatilah kepada orang
yang gemar mengobrol. Orang-orang yang kerap cas cis cus dan suka bikin gaduh.
Apalagi orang yang berpenampilan menarik, pandai berbicara, berlisan fasih,
padahal hati mereka lemah, rapuh, penakut, dan pengecut.
Jika Anda tidak berhati-hati maka Anda akan
terjebak. Bahkan jebakan yang lebih mencelakakan adalah predikat munafik yang
akan disematkan kepada Anda.
Allah SWT menyebut
orang-orang munafik seperti ini dalam al-Qur'an surat al-Munafiqun [63] ayat 4
sebagai "kayu yang tersandar." Ibnu Katsir menafsirkan bahwa
"Mereka pada malam hari bagaikan kayu yang tersandar, dan di siang hari
gaduh." Sedangkan Yazid ibnu Murrah menyatakan, "Mereka di siang hari
sangat ribut."
Naudzubillahi min dzalik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat