Angka nol tak ada artinya. Ia sama dengan tiada. Meski angka nol tersebut berderet panjang, tetap saja ia sama dengan tiada.
Deeretan angka nol tadi, baru akan bernilai jika ada angka 1 di antaranya. Nilai deretan angka nol tersebut amat tergantung pada di mana letak angka 1 tadi.
Jika tempatnya paling ujung maka nilainya hanya 1. Jika bergeser satu kali ke kiri, maka nilainya menjadi sepuluh. Semakin bergeser ke kiri, semakin besarlah nilai deretan angka nol tadi. Seratus, seribu, sepuluh ribu, seratus ribu, sejuta, dan seterusnya.
Deretan angka nol tadi ibarat harta dan amal yang kita kumpulkan. Sedangkan angka satu adalah tauhid, nilai yang akan membungkus harta dan amal tadi.
Semakin banyak kita mengumpulkan harta, dan semakin banyak kita berbuat amal, ia tak akan bernilai apa-apa jika tak dibungkus oleh tauhid. Harta tersebut tak menambah pahala apa pun untuk kita. Ia hanyalah bekal di dunia, tapi tidak menjadi bekal di akhirat.
Sedang amal yang tanpa didasarkan oleh tauhid, ia bisa jadi hanya bermanfaat di dunia, tak memberi manfaat untuk kita di akhirat. Bahkan boleh jadi kita tertipu olehnya. Kita menyangka telah banyak berbuat, namun ternyata di mata Allah SWT ia tak berarti apa-apa.
Yang lebih mengenaskan manakala keburukan yang kita lakukan justru malah menggerus seluruh kebaikan yang kita kumpulkan. Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah SAW bertanya pada para Sahabat, “Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?”
Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak pula memiliki barang.”
Rasulullah SAW lalu bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang dengan membawa dosa kezaliman. Ia pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu. Maka sebagai tebusan atas kezaliman tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada si ini, si anu, dan si itu, hingga apabila kebaikannya telah habis sementara belum semua kezalimannya tertebus, diambillah kejelekan yang dimiliki oleh orang-orang yang telah dizaliminya, lalu ditimpakan kepadanya. Setelah itu ia dicampakkan ke dalam neraka.”
Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu membungkus angka-angka nol yang telah kita kumpulkan dengan angka 1 sehingga bernilai di mata Allah SWT, lalu mempertahankannya agar tidak tergerus, apalagi bangkrut.
Wallahu a'lam bishawab
Senin, 12 Februari 2018
Angka Nol dan Angka Satu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat