Senin, 18 Desember 2017

Mengkader atau Mati

Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya...”  (An Nisa [4]: 9)

o0o

Orang-orang bijak kerap berkata, “Berjuanglah sampai tetes darah penghabisan. Berjuanglah sampai nyawa lepas dari raga.” 

Tapi, bagaima jika cita-cita perjuangan belum terwujud sementara darah itu benar-benar telah habis dan nyawa benar-benar telah lepas dari raga? Apakah perjuangan kita juga akan berakhir?

Jika orientasi perjungan hanya sebatas tetes darah terakhir, maka kisah yang telah kita bangun sejak awal benar-benar akan berakhir sampai di situ. Ibarat sebuah drama yang terhenti tiba-tiba hanya gara-gara sang pemeran utamanya telah turun dari panggung. Padahal, alur ceritanya masih panjang. Penonton kecewa. Mereka seperti menonton drama yang terpenggal. 

Begitu juga harapan banyak orang yang tadinya telah mereka gantungkan di pundak sang pejuang tiba-tiba mendadak pupus. Perubahan yang dirindukan belum terwujud namun cita-cita perjuangan telah mati bersama matinya sang pejuang.  

Seharusnya, ketika tugas sang pemeran utama telah selesai di pentas itu, drama bisa dilanjutkan. Begitu juga ketika sang pejuang telah meneteskan darah terakhirnya dan tugasnya telah usai di dunia ini, perjuangannya bisa diteruskan.

Caranya, mengkaderlah!  Dengan mengkader, kita tak sekadar berencana sebatas hayat masih di kandung badan, namun akan melewati itu, bahkan jauh melampaui itu.

Ibarat api unggun, tak akan padam selagi kayu bakar terus menerus dipasok ke dalamnya. Satu kayu bakar boleh jadi musnah menjadi abu, tapi tugasnya akan segera digantikan oleh kayu bakar yang baru, sehingga terang tak buru-buru berganti gelap. 

Mengkaderlah! Karena dengan mengkader, kita tak egois hanya memikirkan diri kita sendiri. Kita juga memikirkan nasib generasi setelah kita, bahkan beberapa generasi setelah kita.  Sebagaimana pohon pisang yang tak akan mati sebelum ia bertunas.

Mengkaderlah, karena dulu Rasulullah SAW adalah pengkader yang hebat. Beliau mampu membina kader sehingga peradaban Islam terus berjaya di tiga generasi berturut-turut, yakni generasi sahabat, tabi’in, dan tabi’it tabi’in. Ketiga generasi ini dikenal keunggulannya dalam sejarah peradaban manusia. 

Mengkaderlah, meski kita harus berpayah-payah karenanya. Sebab, mengkader tak bisa dilakukan secara singkat, sejenak, apalagi muncul tiba-tiba.  Mengkader adalah proses yang lama, tersistem, terukur, dan terlihat dampaknya.  

Mengkaderlah, atau perjuangan kita akan mati. Padahal Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat An Nisa [4]: 9, tak menghendaki kaum Muslim meninggalkan anak keturunan yang lemah, yang tak sanggup melanjutkan cita-cita perjuangan kita. 

Wallahu a’lam.

(Diterbitkan oleh Majalah Suara Hidayatullah edisi Desember 2017)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat