Senin, 13 Maret 2017

Ketika Mereka Terganggu

"Kemudian Kami utus Rasul-rasul Kami berturut-turut. Setiap kali seorang Rasul datang kepada suatu umat, mereka mendustakannya. Maka Kami silihgantikan (kebinasaan) sebagian mereka dengan sebagian yang lain. Dan Kami jadikan mereka bahan cerita (bagi manusia). Maka binasalah bagi kaum yang tidak beriman." (Al- Mukminun [23]: 44)

o0o

Selama 13 tahun Rasulullah SAW berdakwah di Makkah, tak banyak masyarakat yang mau mengikuti jejak langkah beliau. Hanya beberapa sahabat saja yang bersedia memeluk Islam.

Namun, setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, beliau mampu mengajak masyarakat sehingga mau berbondong-bondong memeluk Islam. Bahkan tak sekadar itu, Muhammad SAW juga berhasil membangun Madinah menjadi bangsa yang berperadaban Islam. 

Madinah rupanya bisa beliau taklukkan dengan dakwah, sedang Makkah tidak. Makkah baru bisa beliau ajak kepada Islam setelah terpaksa menempuh jalur penaklukkan, walaupun tidak lewat pertumpahan darah.

Rupanya, bila meminjam analogi lahan pertanian, benih yang sama belum tentu menghasilkan jumlah panen yang sama bila ditanam di lahan yang berbeda. Makkah dan Madinah adalah dua “lahan” yang berbeda. Masyarakat di kedua wilayah tersebut memiliki reaksi yang berbeda terhadap kedatangan Islam. Perlakuan terhadap keduanya pun berbeda.

Adalah Abu Jahal dan Abu Sufyan, dua cendekiawan Makkah saat itu, telah menangkap sinyal adanya ancaman bagi kebiasaan jahiliah penduduk Makkah atas ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW. 

Meskipun Muhammad SAW dikenal sebagai pribadi yang baik, santun, dan bisa dipercaya, namun ajaran tauhid yang beliau bawa dianggap “berbahaya” oleh keduanya.  Ajaran bahwa “tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah,” memiliki konsekuensi yang akan mengubah kebiasaan hidup jahiliah yang telah beratus tahun mereka pertahankan. Mereka tidak siap dengan itu.

Meskipun Rasulullah SAW tak pernah melakukan aksi “anarkis” sebagaimana dilakukan pemuda Ibrahim AS, yakni membabat habis patung-patung sesembahan ketika itu, namun tetap saja Muhammad SAW dianggap ancaman. Meskipun dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW tidak terang-terangan, melainkan secara diam-diam dari rumah ke rumah, namun kaum kafir Quraisy tetap saja berupaya memadamkannya.

Bahkan, meskipun Abu Sufyan dan Abu Jahal ketika itu mengkaui kebenaran ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW, namun mereka tetap tidak mau mengimanainya.  Mereka –bersama tokoh-tokoh kafir Quraisy lainnya— berupaya sekuat tenaga untuk memadamkan Islam, melenyapkan Rasulullah SAW beserta pengikutnya dari Makkah. 

Jadi, bila menyimak paparan sejarah ini, rasanya tak perlu merasa heran bila sekarang ini kita kerap menyaksikan bagaimana Islam disudutkan dan dimusuhi meskipun kaum Muslim sudah berusaha untuk bertoleransi. Dan ini terjadi di hampir semua belahan dunia.

Wallahu a'lam.

(Dipublikasikan di Majalah Suara Hidayatullah Rubrik Salam edisi Maret 2017)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat