Senin, 27 Februari 2017

Mari Jaga Nikmat Iman dan Nikmat Islam

Kita ditentukan oleh bagaimana keadaan kita saat melewati akhir, bukan keadaan kita saat ini. Saat ini, iman kita mungkin baik. Tapi esok, iman kita bisa jadi turun. Bahkan boleh jadi cobaan hidup membuat iman kita hilang sama sekali, dan kita mengucapkan selamat tinggal pada Islam . Naudzubillah.

Sebaliknya, hidayah bisa menyapa siapa saja. Orang yang hari ini sesat, boleh jadi esok mendapat hidayah. Seorang yang hari ini kafir, boleh jadi di akhir hayatnya menjadi Muslim. Siapa yang tahu? Hanya Allah SWT yang bisa berkehendak.

Seorang tabi’ut tabi’in bernama  Abdurrahman bin ‘Amru al-‘Auzaa’i (wafat tahun 157 H) pernah ditanya tentang iman. “Apakah iman itu bisa bertambah?” Beliau  menjawab, “Ya, hingga menjadi seperti gunung.” 

Lalu beliau ditanya lagi, "Apakah iman itu bisa berkurang?” Beliau menjawab, “Ya, hingga tidak tersisa sedikitpun darinya.”

Bahkan, di akhir zaman nanti, kata Rasulullah SAW dalam Hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, seorang laki-laki di pagi hari masih menjadi mukmin, namun di sore hari sudah menjadi kafir. Begitu hebat godaan menerpa manusia pada saat itu.

Karena itulah kita amat dianjurkan untuk mensyukri nikmat Islam dan nikmat iman yang kita peroleh hingga hari ini. Kita diajurkan untuk selalu berdoa agar Allah SWT tidak mencabut nikmat itu pada diri kita sampai akhir hayat. 

Jika kita abai dengan kedua nikmat tersebut, tidak berupaya keras untuk menjaganya, boleh jadi Allah SWT pun akan mengabaikan kita, membiarkan kita dalam kesenangan yang menyesatkan, dan mentutup rapat pintu hidayah buat kita.

Kata Allah SWT di akhir surat al-Ma'arij [70], "... biarkanlah mereka tenggelam dan bermain-main dalam kesesatan, sampai mereka menjumpai hari yang diancamankan kepada mereka. Yaitu hari ketika mereka keluar dari kubur ... Pandangan mereka tertunduk diliputi kehinaan."

Na'udzubillah ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat