Senin, 12 Desember 2016

Kader Hidayatullah Harus Dekat dengan al-Qur’an

Halaqoh Muharram dai-dai Hidayatullah se-Sumatera kembali digelar pada pertengahan Oktober silam. Tuan rumah kali ini adalah Hidayatullah Sumatera Utara, tepatnya di Kampus Hidayatullah Medan, Desa Labuhan, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.


Pimpinan Umum Hidayatullah, Ust Abdurrahman Muhammad, dalam tausiyah-nya meminta agar kader Hidayatullah di mana pun berada selalu dekat dengan Qur’an. “Seluruh kader Hidayatullah paling tidak harus hafal jus 29 dan 30, karena di dalamnya terkandung surat-surat awal turunnya al-Qur’an,” jelas Ust Abdurrahman di tengah 260 lebih peserta.

Permintaan ini kemudian menjadi rekomendasi pertama dari lima rekomendasi yang ditelurkan dalam halaqoh tersebut. “Seluruh kader Hidayatullah yang ikut halaqoh Qur’an selanjutnya harus sudah hafal juz 29 dan 30,” ujar Subur Pramudya, ketua Dewan Pengurus Hidayatullah Bengkulu, membacakan butir rekomendasi di acara penutupan halaqoh Muharram pada 16 Oktober silam.

Ust Abdurraahman juga meminta agar kader-kader Hidayatullah mau berkorban untuk Islam. Teladan berkorban ini sudah dicontohkan oleh para pendiri dan perintis Hidayatullah. Mereka merelakan harta, waktu, karir, keluarga, untuk mengurus Islam.

Ust Abdurrahman mengapresiasi jerih payah kader yang telah menempuh perjalanan berhari-hari untuk sampai ke Medan guna mengikuti halaqoh ini dan bertemu saudara-saudaranya se Sumatera. Peserta dari Lampung bahkan menempuh perjalanan darat selama tiga hari tiga malam. Begitu juga dari Bengkulu, Sumatera Selatan, Mentawai, dan Aceh.

Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Hidayatullah, Ust Nashirul Haq, mengingatkan para kader Hidayatullah untuk tidak malas berkarya. Sebab, kata Nashirul, iman itu pasti menggerakkan, sementara kader Hidayatullah telah didik menjadi mukmin (orang yang beriman). Jadi, tak pantas seorang kader Hidayatullah bermalas-malasan.

Sifat malas, kata Nashirul lagi, ciri-ciri orang munafik. “Orang beriman jelas bukan orang munafik. Orang beriman tak mungkin malas berhalaqoh. Tak mungkin pula malas shalat berjamaah," jelas alumnus Universitas Madinah ini lagi.

Namun, sifat futur (loyo) bisa saja menggoda kaum mukmin. Ini wajar karena setan tak mungkin berhenti menggoda hingga hari kiamat kelak. Mereka mengganggu lewat dua pintu, yakni subhat dan syahwat.

Untuk mengatasi ini, kata Nashirul lagi, kita harus menumbuhkan irodah (keinginan yang kuat) untuk beribah kepada Allah SWT, dan berdekat-dekatan dengan ulama atau orang-orang baik.

"Karena itulah seluruh kader Hidayatullah harus berhalaqoh. Mudah-mudahan dengan berhalaqoh, setan sulit masuk," jelas Nashirul.

Halaqoh Muharram ini diikuti oleh tujuh Dewan Pengurus Wilayah se-Sumatera. Selain Ust Abdurrahman Muhammada dan Ust Nashirul Haq, pemateri lain yang diminta mengisi tausiyah adalah Ust Aqib Junaid (anggota Dewan Muzakarah Hidayatullah), dan Ust Hamim Thohari, pembina pesantren Hidayatullah Medan, Sumatera Utara.

Pembukaan acara Halaqoh Muharram digelar pada Sabtu pagi (15/10), dibuka oleh Asisten 3 Gubernur Sumatera Utara, Oka Zulkarnaen MSi. Dalam acara pembukaan tersebut diserahkan 12 unit motor kepada dai-dai se Sumatera Utara oleh Baitul Mal Hidayatullah.

Pondok Pesantren Hidayatullah Deli Serdang didirikan pada 18 September 1993. Mulanya, luas tanah yang diwakafkan mencapai 2,3 hektar. Namun kini telah berkembang menjadi 7 hektar. Di tengah-tengah kawasan pesantren terdapat lapangan luas dengan pepohonan rindang di sekitarnya, dan di salah satu sisinya terdapat masjid berkapasitas sekitar 500 jamaah.



(Dimuat di Majalah Suara Hidayatullah rubric Taaruf edisi Desember 2016)