Kamis, 04 Desember 2014

Ketika Kematian Begitu Dekat

Sudah satu jam lebih pesawat Lion Air nomor penerbangan JT632 yang aku tumpangi melayang-layang di atas kota Bengkulu. Hujan deras menyebabkan jarak pandang hanya 300 meter. Padahal, jarak pandang minimal yang ditoleransi adalah 500 meter. Ini alasan mengapa pilot tak berani turun mendarat.

Beberapa penumpang mulai gusar. Wajah mereka berubah tegang ketika seorang pramugari mencoba menjelaskan situasi di luar pesawat. Mulut sebagian penumpang terlihat bergerak-gerak seperti sedang melafazkan doa. 

Beberapa penumpang lain mencoba berbagi senyum kepada penumpang yang duduk di sebelahnya, meski keguasaran tetap tak bisa mereka sembunyikan.

Mungkin dalam hati mereka bertanya, apa yang akan dilakukan sang pilot? Tak mungin pesawat ini akan berputar-putar terus menunggu kabut menipis. Apakah sang pilot akan nekad, atau membelokkan arah pesawat ke bandara terdekat?

Waktu sudah menghampiri magrib. Dua jam sudah kami melayang layang di udara sejak lepas landas dari bandara Soekarno Hatta, Jakarta.

Tiba-tiba terdengar suara pilot dari pengeras suara. Setelah sedikit menjelaskan situasi di luar, ia berkata, "Kita akan berputar satu kali lagi dan berusaha menembus kabut ini. Jika tidak berhasil maka dengan terpaksa kita akan mendarat di Palembang, bandara terdekat dari sini. Untuk itu kami mohon maaf," kata sang pilot.

Benar saja. Pesawat ini terasa kembali berputar. Suasana di luar gelap meski baru saja masuk waktu maghrib. Sama sekali tak terlihat sisa-sisa cahaya matahari walau sekadar guratan-guratannya saja.

Saat-saat seperti ini, aku tiba-tiba teringat nasehat Ust Abdurrahman Muhammad, pimpinan tertinggi Hidayatullah, beberapa bulan lalu di Batam. Kata beliau, "Setiap kali naik pesawat, saya selalu menganggap inilah penerbangan terakhir saya. Pesawat akan jatuh dan saya akan mati."

Mengapa begitu? Sebab, katanya, jika boleh memilih, dia lebih suka mati secara cepat, bukan mati karena sakit berkepanjangan. "Mati karena sakit akan menyusahkan banyak orang. Sedangkan mati dalam perjalanan tak akan menyusahkan banyak orang, bahkan insya Allah syahid jika perjalanan itu bertujuan baik," katanya lagi.

Dan ... setelah berputar setengah lingkarang, terasa pesawat ini mulai turun ... turun ... turun ... dan... wuuuussshhhh ...