Kamis, 16 Januari 2014

Pasar Muslim Menjadi Perhatian Pebisnis Dunia

Bila Indonesia masih memandang sebelah mata kepada pasar Muslim, maka negara-negara lain justru telah lama memberi perhatian besar kepada pasar yang satu ini.

Alasannya, kata Riyanto Sofyan, penderi Hotel Syofyan, hotel syariah pertama di Indonesia, keuntungan bisnis pariwisata tinggi. Bahkan, dibanding bisnis penyelenggaraan haji, bisnis pariwisata seperti hotel dan tempat hiburan, delapan kali lebih besar.

Ungkapan itu disampaikan Riyanto pada pembukaan Rakornas Hidayatullah di Cilodong, Depok, Jawa Barat, Jumat (17/1).

Para pebisnis yang bergerak di bidang pariwisata tersebut menyadari bahwa sebagian besar wisatawan adalah Muslim. Mereka kemudian berlomba-lomba memberikan pelayanan yang baik kepada wisatawan Muslim ini, termasuk fasilitas ibadah dan makanan halal.

Di Australia, misalnya, hampir semua hotel menyediakan fasilitas masjid dan mushola. Bahkan, pada saat Ramadhan, hotel-hotel mewah di sana menyulap satu ruang eksekutif menjadi tempat berbagai aktivitas keislaman, seperti berbuka puasa bersama.

Hongkong juga tak mau kalah. Di sana sekarang ini, kata Riyanto, sudah banyak masjid dan mushola. Sedang di Italia, telah disediakan pantai khusus untuk wanita.

Di Thailand, sejak tahun 1994, sudah berdiri halal center. Mereka bertekad menjadikan Thailand sebagai dapur halal terbesar di dunia. Padahal, kata Riyanto, jumlah kaum Muslim di negara itu hanya 3 persen

Di Singapura, lebih dari 2 ribu hotel telah menyajikan makanan bersertifikat halal. Hal ini menyebabkan wisatawan Muslim yang ingin melancong ke Negara Singa ini tidak lagi merasa khawatir kesulitan mendapatkan makanan halal.

"Bila melihat fenomena ini seharusnya Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, tidak malu lagi untuk membuka bisnis syariah," jelas Riyanto lagi.

Rakornas Hidayatullah rencananya akan diselenggarakan selama 2 hari. Rapat ini diikuti oleh para pengurus inti pimpinan wilayah di seluruh Indonesia.