Minggu, 02 September 2018

Rumah Idaman (1)

Anda sudah punya rumah? Atau, Anda masih ngontrak? Jika Anda belum punya rumah, seberapa kuat usaha Anda untuk mendapatkannya?

Banyak di antara kita yang memaksakan diri untuk segera punya rumah. Mumpung masih muda dan tenaga masih kuat, kita bekerja sepenuh waktu untuk mengumpulkan uang agar bisa menyicil rumah.

Tak ada yang salah dengan ini. Rasulullah SAW, dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan Ath-Thabrani dan Imam Ahmad, menyatakan bahwa rumah yang luas adalah satu dari empat kenikmatan dunia yang boleh kita upayakan. Tiga yang lain adalah istri yang shalihah, tetangga yang baik, dan kendaraan yang enak dinaiki.

Tapi, apakah kita tahu bahwa Allah Ta'ala telah menjanjikan kita rumah yang jauuuuh lebih baik dan lebih kekal, yakni rumah di surga? 

Rumah yang kita upayakan di dunia tentu tidak kekal. Ia akan rapuh dimakan usia. Ia harus segera diperbaiki bila sudah berusia 10 tahun. Atapnya sudah banyak yang bocor, dindingnya sudah retak-retak, kusennya pun sudah banyak dimakan rayap.

Namun, rumah di surga berbeda. Rumah di surga kekal, tak akan pernah rusak. Bahkan, sejumlah ayat dan Hadits menjelaskan bahwa rumah di surga amat luas. Tidak sumpek sebagaimana rumah di dunia. 

Bayangkan, di surga nanti ada tenda-tenda dari mutiara berongga. Tahukah Anda berapa panjang satu tenda? Enam puluh mil (Riwayat Muslim). Jika tenda saja sudah sepanjang itu, apalagi rumah.

Bahkan kelak penduduk surga akan melihat kamar-kamar yang berada di tingkat atasnya laksana melihat bintang-bintang gemerlap di langit (Muttafaqun ‘alaihi). Masya Allah, satu kamar seperti satu bintang! Sulit membayangkan betapa luasnya.

Selain itu, di antara kamar-kamar tersebut ada kamar yang istimewa. Bagian luarnya tampak dari dalam, dan bagian dalamnya tampak dari luar (Riwayat ath-Thabrani dan al-Hakim).

Di dalam al-Qur'an juga banyak diungkap bahwa rumah-rumah penduduk surga tinggi-tinggi. Di bawahnya, mengalir sungai-sungai yang tak pernah kering.

Terdapat pula kebun-kebun yang indah di sekitarnya. Kebun-kebun itu dibangun dari ungkapan subhanallah, alhamdulillah, laa ilaaha illallahu, wallahu akbar, selagi penghuninya masih berada di dunia (Riwayat at-Tirmidzi)

Dan, yang tak kalah penting, para penghuni rumah-rumah tersebut akan merasa aman sentosa (Saba’ [34]: 37). Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya bahwa yang dimaksud aman sentosa adalah aman dari semua kekerasan, ketakutan, ganguan, serta seluruh keburukan yang tidak disukai.

Lalu seberapa serius kita membangun rumah kita di surga? Lebih serius mana, membangun rumah di dunia atau di surga? 

Logikanya, kita tentu akan lebih serius mengupayakan rumah di surga. Sebab, kenikmatannya sungguh tak sebanding. Kita seharusnya lebih banyak menghabiskan waktu membangun rumah di surga, bukan sebaliknya!

Namun, realitas yang kita lihat di sekeliling kita tidak seperti itu. Bahkan, ada di antara kita yang abai sama sekali dengan rumah yang disediakan Allah Ta'ala di surga.

Apakah kita masih menyimpan ganjalan di hati akan kebenaran janji-janji AllahTa'ala tentang surga? Padahal, untuk menggapai rumah di surga tak sulit. Tak perlu kita pontang panting sebagaimana mengupayakan rumah di dunia.

Bagaimana caranya? Simak kisah selanjutnya di Rumah Idaman (2). ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat