Minggu, 08 Oktober 2023

Semalam Bersama Si Penombak Ikan

Jam sudah menunjuk pukul 01.00 tengah malam. Listik jenset di pesisir Pulau Selangan, Bontang, Kalimantan Timur, sudah sejam lalu dimatikan. Gelap menyelimuti rumah-rumah bertiang tinggi yang berdiri berjejer di pinggir laut pulau tersebut.

Pulau Selangan

Kampung pinggir laut Pulau Selangan itu lebih mirip "desa di atas laut". Semua bangunan terbuat dari papan dan kayu bertiang tinggi. Antara satu rumah dengan rumah-rumah yang lain dihubungkan oleh jembatan panjang tak berpagar. Di bawah jembatan dan rumah-rumah tersebut terdapat laut yang tenang. Ikan banyak sekali berenang di dalamnya. 

Malam itu, sesosok tubuh telah berdiri di pinggir jembatan. Pakaiannya gelap dan ketat. Di kepalanya terpasang kacamata selam dan lampu sorot. Sedang di tangannya tergenggam tombak. Matanya menyapu tajam ke arah lautan, seperti hendak menembus ke dalamnya.  

Perlahan, sosok tersebut turun dari jembatan, lalu menyelam di dalam laut. Setelah hampir dua menit, ia muncul lagi. Begitulah seterusnya hingga jam hampir menunjuk pukul 03.00. Ketika ia naik kembali ke jembatan, di tangannya sudah ada beberapa jenis ikan kerapu besar. Orang-orang menyebutnya kerapu tikus dan kerapu macan. Jika dijual, harganya bisa mencapai Rp 400 ribu per kilogram.

Hasil tangkapan ikan.

Alhamdulillah
, pagi itu, saya bisa menikmati ikan-ikan segar bersama sang penombak ikan. Siapakah dia? Ia adalah dai muda Hidayatullah. Kisah dakwahnya di Bontang, Kalimantan Timur, bisa Anda ikuti di buku yang tengah saya tulis sekarang dan belum sepenuhnya rampung. Insya Allah buku tersebut akan segera terbit atas dukungan PosDai Hidayatullah. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat