Jumat, 28 April 2023

Mari Mengenal Masjid al-Aqsha

Masjid al-Aqsha tak sama dengan kebanyakan masjid di tempat lain. Bila kebanyakan masjid hanya berupa satu bangunan yang menjadi tempat beribadah masyarakat Muslim, maka Masjid al-Aqsha tidak berupa satu bangunan. Ia berupa satu kompleks yang di dalamnya terdapat banyak bangunan.

Ilustrasi gambar Masjid al-Aqsha

Luas kompleks tersebut sekitar 144 ribu meter per segi, atau kira-kira 20 kali luas lapangan sepak bola. Salah satu bangunan yang terdapat dalam kompleks Masjid al-Aqsha adalah Masjid Jami' al-Aqsha atau Masjid al-Qibli. Letaknya di sebelah selatan kompleks Masjid al-Aqsha. Banyak orang yang mengira masjid dengan kubah berwarna biru gelap itulah Masjid al-Aqsha. Padahal bukan. Ia hanya bagian dari Masjid al-Aqsha.

Bangunan lain yang juga terdapat dalam Kompleks al-Aqsha adalah Kubah Shakhrah atau bangunan berkubah emas. Ada yang menyebutnya Dome of the Rock atau Kubah Batu. Bangunan ini juga cukup menyolok sehingga banyak pula yang menyangka bahwa bangunan inilah Masjid al-Aqsha. Padahal --sekali lagi-- bukan!

Kedua bangunan ini, Masjid Jami' al-Aqsha dan Kubah Shakhrah, dibangun pada masa Dinasti Umayah. Kubah Shakhrah sendiri selesai dibangun pada tahun 692 M. Namun, saat umat Kristen mengambil alih kompleks Masjid al-Aqsha setelah menang dalam Perang Salib I tahun 1099, kedua bangunan ini diubah fungsinya. Masjid Jami' al-Aqsha diubah menjadi istana bernama Kuil Sulaiman (Salomo) atau Templum Solomonis. Sedangkan Kubah Shakhrah diubah menjadi gereja bernama Kuil Tuhan atau Templum Domini.

Selain kedua bangunan ini ada juga Mushala al-Marwani, yakni ruang bawah tanah pelataran Masjid al-Aqsha bagian tenggara seluas kira-kira 5 ribu meter persegi, berupa 16 lorong. Awalnya, ruang ini digunakan sebagai gudang, lalu diubah menjadi kandang kuda, dan setelah Masjid al-Aqsha diambil alih oleh kaum Muslim ruang ini difungsikan sebagai tempat shalat, bahkan menjadi tempat shalat terluas di kompleks Masjid al-Aqsa. Kapasitasnya melebihi Masjid Jami' Al-Aqsha, yakni 10 ribu jamaah.

Beberapa bangunan lainnya adalah Kubah Kenaikan (Mikraj), Kubah Silsilah, Kubah Nabi, Museum Islam, Air Mancur Qayt Bay, Air Mancur Qasim Pasya, menara masjid, dan delapan gerbang yang berdiri secara mandiri mengelilingi Kubah Shakhrah atau Kubah Batu.

Secara harfiah, Masjid al-Aqsha berarti “masjid terjauh.”  Sementara nama al-Aqsha sesuai dengan keterangan dalam al-Qur'an surat al-Isra' [17] ayat 1 yang berbunyi:

سُبْحٰنَ الَّذِىٓ أَسْرٰى بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَا الَّذِى بٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايٰتِنَآ  ۚ إِنَّهُۥ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

"Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."

Adapun penamaan "masjid" pada kompleks al-Aqsha mengacu pada makna dari masjid itu sendiri. Secara harfiah masjid bermakna "tempat sujud". Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Bukhari (shahih nomor 419), "... bumi dijadikan untukku sebagai tempat sujud dan suci; maka dimana saja seorang laki-laki dari ummatku mendapati waktu shalat hendaklah ia shalat."

Dengan pengertian ini maka semua lokasi di kompleks al-Aqsha adalah tempat sujud (masjid) sebagaimana lokasi di sekitar Ka'bah juga disebut Masjid al-Haram meskipun ia hanyalah sebuah lapangan terbuka. 

Masjid al-Aqsha atau kompleks Masjid al-Aqsha terletak di Kota Tua Yerusalem, tepatnya di Yerusalem Timur. Kota Yerusalem sendiri berada di wilayah Palestina. 

Dulu, ketika wilayah Palestina masih berada di bawah kekuasaan Kekhilafahan Utsmaniyah, Kota Yerusalem dihuni oleh orang-orang Arab Muslim. Namun, setelah Khilafah Utsmaniyah kalah dalam Perang Dunia 1, wilayah Palestina dikuasai oleh Inggris. Saat itulah bangsa Yahudi secara bergelombang mendatangi dan menetap di wilayah Palestina, termasuk Kota Yerusalem. Bahkan, setelah jumlah mereka banyak, mereka mendeklarasikan berdirinya Negara Israel di tanah Palestina pada tahun 1948. 

Tak cukup itu, sehari setelahnya, Zionis Israel menghancurkan sekitar 500 desa yang dihuni warga Palestina, merubuhkan puluhan ribu rumah, dan mengusir sekitar 700 ribu masyarakat Palestina dari negaranya sendiri. Hari yang sangat tragis tersebut sering diingat dengan yawm an-nakhbah atau hari kehancuran. 

Aksi sepihak Israel ini mendapat perlawanan dari Arab Saudi, Mesir, Yordania, dan Irak. Mereka mengirimkan pasukan untuk mengusir Israel dari tanah Palestina pada tahun 1948. Namun, perang yang berlangsung selama 8 bulan tersebut hanya bisa membebaskan Yerusalem bagian timur dan sekitarnya --yang biasa disebut Tepi Barat-- serta Gaza. Sejak saat itu, masyarakat Arab Palestina hanya bisa mendiami dua wilayah ini saja; Tepi Barat dan Gaza.

Namun, pada tahun 1967, Israel melancarkan serangan 6 hari di kawasan Tepi Barat dan Gaza. Serangan tersebut menyebabkan Mesir terpaksa melepas wilayah Gaza dan Yordania melepas Tepi Barat. Palestina secara keseluruhan akhirnya berada di bawah jajahan Israel. Bahkan, pada tahun 1980, negara Zionis tersebut mendeklarasikan "Yerusalem yang lengkap dan bersatu adalah ibu kota Israel".

Meski demikian masyarakat Palestina tak tinggal diam. Mereka tak mau pergi meninggalkan wilayah Tepi Barat. Mereka bahkan tetap menjaga Masjid al-Aqsha secara bergantian, siang dan malam, meskipun pemerintah Israel terus menekan dan meneror mereka. Israel juga memeriksa sangat ketat siapa pun yang akan masuk ke Kompleks Masjid al-Aqsha. Siapa saja yang terdeteksi pernah mengabarkan hal buruk tentang Israel, jangan harap bisa masuk ke masjid ini. Selain itu, mereka juga menerapkan aturan hanya para wanita, orang tua, dan anak-anak yang boleh beribadah di masjid milik kaum Muslim di seluruh dunia tersebut. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat