Sabtu, 23 Mei 2020

Belajar dari Kemenangan Fathu Makkah

Berikut teks khutbah Idul Fitri 1441 Hijriah

oOo


Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar (3x)

Allahu Akbar kabiira walhamdu lillahi katsira wa subhanallahi bukrataw wa ashiila.

Laa ilaaha illallahu walaa na'budu illaa iyyaah. Mukhlishina lahuddiin, walau karihal kaafirun. Laa ilaaha illallahu wahdah, shadaqa wa'dah, wa nashara 'abdah, wa a'azza jundahu wa hazamal ahzaaba wahdah. Laa ilaaha illallahu wallahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd.

Innal hamdalillah, nahmaduhu wanasta’inuhuu wanastaghfiruhu, wa na’udzubillahi min syuruuri anfusinaa wa min sayyiaati a’maalinaa, may-yahdihil laahu falaa mudhillalah, wa-may yudhlil falaa haadiyalah. 

Asyhadu an-laa ilaa-ha illallaah, wahdahula syariikalah, wa-asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuluh, amma ba’du.

Fayaa 'ibaadallaah, ittaqullaha haqqa tuqaatihi walaa tamuutunna illa wa antum muslimuun.

Qaalallahu ta'aala fii kitabihil kariim, a'uudzu billahi minas syaithaanir rajiim. Bismillahirahmanirahiim. Innaa fatahnaa laka fat-ham mubiinaa. Shadaqallahul 'adzhiim.

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahilhamd

Sejarah pernah mencatat sebuah kemenangan besar yang diraih umat Islam di bulan Ramadhan. Yakni, fathu Makkah, atau penaklukkan Kota Makkah. Peristiwa ini terjadi pada tahun kedelapan hijriah, tepatnya pada 17 Ramadhan 8 H.

Ada beberapa peristiwa menarik yang menyertai kemenangan ini yang bisa kita renungi, terkhusus saat kita juga baru saja meraih kemenangan Ramadhan menuju keadaan fitrah, bersih, dan terampuni.

Peristiwa pertama adalah perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian ini menjadi latar belakang terjadinya penaklukan Makkah oleh Rasulullah SAW. Pasukan Muslim dan pasukan kafir Quraisy, lewat perjanjian ini bersepakat untuk menghentikan peperangan. Pasukan kaum Muslim bisa menjaga perjanjian itu dengan baik, namun kaum kafir Quraisy tidak. Mereka berkhianat. Mereka melanggar perjanjian.

Peristiwa kedua adalah penaklukan kota Makkah tanpa perlawanan. Rasulullah SAW tak suka dengan penghianatan. Meskipun Abu Sufyan ketika itu berusaha membujuk Rasulullah SAW untuk tidak melakukan penyerangan kepada Makkah, namun Rasulullah SAW tetap pada pendiriannya. Kota Makkah harus dibebaskan dari kekafiran.

Ketika itu pasukan Muslim telah benar-benar kuat. Sebanyak 10 ribu pasukan telah disiapkan untuk menyerbu kota Makkah. Kekuatan sebesar ini tentu tak bisa dibangun dengan sekejap, namun dengan perjuangan dan pengorbanan. Ketika kita telah kuat, maka musuh bisa kita taklukkan dengan mudah.

Ketiga, peristiwa Rasulullah SAW memaafkan penduduk Makkah. Ketika Rasulullah SAW dan pasukannya telah sampai ke Makkah, beliau berkata kepada penduduk Makkah, "Pada hari ini tidak ada cercaan atas kalian. Allah mengampuni kalian. Dia Maha Penyayang. Pergilah kalian. Sesungguhnya kalian telah bebas."

Allahu Akbar (3x) Walillahilhamd.

Ramadhan harus mampu membentuk diri kita menjadi pribadi yang menakjubkan sebagaimana digambar dalam peristiwa Fathu Makkah. Yakni, pribadi yang kuat sekaligus mampu menahan diri untuk tidak melanggar kesepakatan, serta pribadi yang tegas kepada kemungkaran sekaligus pemaaf.

Pribadi yang kuat adalah pribadi yang tidak cengeng, apalagi menyerah kepada keadaan. Pribadi yang yakin suatu saat keberhasilan akan mampu diraih dengan izin Allah Ta'ala. Pribadi yang tegar menjalani proses untuk meraih kesuksesan dan kemenangan.

Pribadi yang kuat juga harus mampu taat kepada semua kesepakatan. Jika kepada musuh saja kita tak boleh melanggar kesepakatan, apalagi kepada sesama anggota keluarga, masyarakat, terlebih kepada Yang Maha Kuasa.

Pribadi yang menakjubkan adalah pribadi yang mampu bersikap tegas kepada kemungkaran, terlebih kepada pengkhianatan. Sebab ini adalah tugas utama seorang Muslim, ta'muruna bil ma'ruf, wa tanhauna anil munkar.

Namun, ia juga siap membuka pintu maaf manakala orang lain mau mengakui kesalahannya dan bertaubat.

Semoga madrasah Ramadhan yang telah kita lalui bersama akan membentuk diri kita menjadi pribadi yang menakjubkan. Aamiiin, aamiin, ya Rabbul aalamiiin.

oOo

Allahu Akbar (3x) Walillahilhamd.

Alhamdulillahi rabbil 'aalamiin. Hamdan yuwaafii ni'amahuu wa yukaafi,u maziidah.
Ya Rabbanaa lakal hamdu kamaa yanbaghi lijalaali wajhika wa'azhiimi sulthaanik,

Allahumma shalli 'alaa Muhammadin wa 'alaa aali Muhammad, kamaa shallaita 'alaa ibraahima wa 'alaa aali ibrahim, wa baarik 'alaa Muhammadin wa wa’alaa aali Muhammad, kamaa baarakta 'alaa ibraahima wa'alaa aali ibraahim, fil 'aalamiina innaka hamiidum majiid.

Allahummaghfir lil muslimiina wal muslimaat, wal mu'miniina wal mu'minaat, al ahyaa i minhum wal amwaat innaka samii'un qariibun mujiibu da'awaat yaa qoodiyal haajaat.

Rabbana hablana min azwaajina wa zurriyatina, qurota a'yun. Waj'alna lil muttaqina imamah

Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani saghiran.

Rabbanaa taqabbal minnaa innaka antas samii'ul 'aliim, wa tub 'alainaa innaka antat tawwaabur Rahiim.

Rabbana aatinaa fiddunyaa hasanah, wa fil aakhirati hasanah, waqinaa 'adzabannaar.

Wa shallallahu 'alaa Muhammadin wa'alaa aalihi washahbihii wasallim.

Wassalamu'alaikum wr.wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat