Kamis, 14 Mei 2015

Kafir

"Untukmu agamamu dan untukku agamaku." (al-Kafirun [109]: 6).


o0o


Jangan mudah mengkafirkan orang lain. Sebab, saat ini, selain Anda berpeluang terkena sanksi akhirat, Anda pun sudah pasti akan terkena sanksi dunia.

Belum lama ini, sebagaimana kita baca di media massa, Badan Nasional Penanggulangan Terorsime (BNPT) telah mengeluarkan empat kriteria radikal. Satu di antaranya adalah gemar mengkafirkan orang lain.

Kata radikal, di negara ini, sudah lama menjadi hantu yang menakutkan. Seseorang yang disematkan predikat radikal kepadanya akan langsung dituduh berbahaya, dicap sebagai teroris, bahkan jika sedang apes, Anda akan ditangkap tanpa permisi terlebih dahulu.

Jadi, bila merujuk pada kriteria radikal tadi, orang-orang yang suka mengkafirkan orang lain, berpeluang besar untuk dikenakan sanksi oleh negara. Bila ia menulis dalam sebuah situs internet, maka situs tersebut akan diblokir oleh negara.

Bila ia tersangkut tindak kriminal, maka kasusnya akan dihubung-hubungkan dengan aksi terorisme. Bahkan, jika ia tertangkap karena suatu sebab, maka al-Qur'an di rumahnya pun boleh jadi akan disita sebagai barang bukti tindak terorisme.

Memang, Islam mengajarkan kepada kita untuk amat berhati-hati mengkafirkan orang lain. Sebab, risikonya sungguh amat besar. Apabila tuduhan tersebut tidak benar, maka predikat kafir akan berbalik kepada si penuduh. Na'udzubillah!

Dan, andai orang yang dituduh tersebut benar-benar kafir, maka tidak lantas darahnya menjadi halal ditumpahkan. Sebab, Islam sendiri mengelompokkan orang kafir dalam beberapa kelompok. Kebanyakan di antara mereka tak boleh diperangi, bahkan harus dilindungi dan dihormati.

Namun, meniadakan orang kafir karena menganggap semua agama di dunia ini sama, jelas sebuah kekeliruan besar. Orang kafir itu jelas ada. Dan, menyebut orang yang benar-benar bukan beragama Islam sebagai kafir, bukanlah sebuah kekeliruan. Bukankah di dalam al-Qur'an kata kafir banyak diulang-ulang?

Jadi, semangat untuk mengajak kaum Muslim agar amat berhati-hati dalam mengkafirkan orang lain, patut kita dukung. Islam jelas mengajarkan hal demikian. Namun, bila semangat tersebut lebih ditujukan agar masyarakat menganggap bahwa semua agama itu sama, jelas ini salah.

Orang kafir jelas berbeda dengan orang Islam. Orang kafir tak mengakui Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang harus disembah, serta Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya. Karena itu –janji Allah SWT-- mereka kelak akan kekal menghuni neraka. Sebaliknya, kaum Muslim harus meyakini bahwa hanya Islam yang bisa menyelamatkan mereka di dunia dan akherat.

Allah SWT menjelaskan perbedaan orang Islam dan orang kafir secara terang-terangan dalam surat al-Kafirun [109]. Kata Allah SWT, "Katakanlah (Muhammad), 'Wahai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan auntukku agamaku.'."

Semoga ini menjadi perenungan kita bersama agar bisa bersikap arif. Wallahu a'lam.

(Diterbitkan oleh Majalah Suara Hidayatullah edisi Mei 2015)