Tak ada yang menampik kemegahan Hotel Le Meridien, Jakarta. Hotel yang berdiri di Jalan Jenderal Sudirman ini memiliki fasilitas spa, kolam renang, restoran, kafe, bar lounge, dan hampir 400 kamar. Bayangkanlah kemegahannya!
Tapi malam itu, malam ke 18 Ramadhan, kemegahan tadi seolah pupus. Hampir saja Pak Menteri Sosial, Salim Segaf al Jufri, terpaksa mengangkat kakinya setinggi pinggang akibat salah satu fasilitas di hotel tersebut tak dijumpai malam itu. Apa itu?
Cerita berawal ketika Yayasan Makkah al-Mukkaramah menggelar acara buka puasa bersama di aula puri hotel tersebut.
Yang diundang tak main-main. Dalam daftar undangan tercatat dua nama menteri, Menteri Agama dan Menteri Sosial, serta sejumlah petinggi negara seperti ketua DPR RI, Wakil Ketua MPR RI, Kapolri, Kapolda, dan Ketua Umum PBNU.
Setelah waktu adzan tiba dan tetamu sudah membatalkan puasanya, mereka mulai mencari-cari di mana tempat mengabil wudhu. Rupanya hotel mewah itu tak menyediakan tempat khusus untuk berwudhu. Yang ada hanyalah empat westafel setinggi pinggang yang berjejer di dekat WC, yang terletak tak jauh dari ruang pertemuan.
"Kami tidak menyediakan (tempat khusus wudhu). Kalau mau shalat, silahkan ambil wudhu di kamar," jelas salah seorang petugas hotel kepada penulis.
Padahal, tak ada tetamu yang menginap di hotel malam itu. Jelas mereka tak punya kamar.
Waktu maghrib amat singkat. Tetamu tak punya pilihan lain untuk mengambil wudhu kecuali di empat wetafel tersebut. Para tokoh yang hadir mulai antri di depan westafel. Satu persatu mereka membasuh tangannya, muka, rambut, dan ... ketika harus membasuh kaki, lagi-lagi tak ada pilihan lain kecuali mengangkat kaki tinggi-tinggi.
Lalu bagaimana dengan Pak Menteri? Rupanya, pak menteri sudah punya wudhu sebelum tiba di ruang pertemuan. Hampir saja Kaki Pak Menteri terangkat tinggi-tinggi kalau ia tak mengantisipasinya lebih dulu.
Lagi pula, tokoh yang diundang pun tak banyak yang datang. Selain Menteri Sosial, tak ada pejabat pemerintah setingkat itu yang datang. Tak bisa dibayangkan, bagaimana bila mereka datang. Mereka harus rela melepas sepatunya, lalu mengangkat kakinya tinggi-tinggi.
Jadi, hati-hatilah mencari tempat berbuka puasa bersama. Untuk yang satu ini, masjid mungkin lebih baik ketimbag hotel berbintang lima. *
(Dipublikasikan oleh situs Hidayatullah.com tanggal 7 Agustus 2012)
Tapi malam itu, malam ke 18 Ramadhan, kemegahan tadi seolah pupus. Hampir saja Pak Menteri Sosial, Salim Segaf al Jufri, terpaksa mengangkat kakinya setinggi pinggang akibat salah satu fasilitas di hotel tersebut tak dijumpai malam itu. Apa itu?
Cerita berawal ketika Yayasan Makkah al-Mukkaramah menggelar acara buka puasa bersama di aula puri hotel tersebut.
Yang diundang tak main-main. Dalam daftar undangan tercatat dua nama menteri, Menteri Agama dan Menteri Sosial, serta sejumlah petinggi negara seperti ketua DPR RI, Wakil Ketua MPR RI, Kapolri, Kapolda, dan Ketua Umum PBNU.
Setelah waktu adzan tiba dan tetamu sudah membatalkan puasanya, mereka mulai mencari-cari di mana tempat mengabil wudhu. Rupanya hotel mewah itu tak menyediakan tempat khusus untuk berwudhu. Yang ada hanyalah empat westafel setinggi pinggang yang berjejer di dekat WC, yang terletak tak jauh dari ruang pertemuan.
"Kami tidak menyediakan (tempat khusus wudhu). Kalau mau shalat, silahkan ambil wudhu di kamar," jelas salah seorang petugas hotel kepada penulis.
Padahal, tak ada tetamu yang menginap di hotel malam itu. Jelas mereka tak punya kamar.
Waktu maghrib amat singkat. Tetamu tak punya pilihan lain untuk mengambil wudhu kecuali di empat wetafel tersebut. Para tokoh yang hadir mulai antri di depan westafel. Satu persatu mereka membasuh tangannya, muka, rambut, dan ... ketika harus membasuh kaki, lagi-lagi tak ada pilihan lain kecuali mengangkat kaki tinggi-tinggi.
Lalu bagaimana dengan Pak Menteri? Rupanya, pak menteri sudah punya wudhu sebelum tiba di ruang pertemuan. Hampir saja Kaki Pak Menteri terangkat tinggi-tinggi kalau ia tak mengantisipasinya lebih dulu.
Lagi pula, tokoh yang diundang pun tak banyak yang datang. Selain Menteri Sosial, tak ada pejabat pemerintah setingkat itu yang datang. Tak bisa dibayangkan, bagaimana bila mereka datang. Mereka harus rela melepas sepatunya, lalu mengangkat kakinya tinggi-tinggi.
Jadi, hati-hatilah mencari tempat berbuka puasa bersama. Untuk yang satu ini, masjid mungkin lebih baik ketimbag hotel berbintang lima. *
(Dipublikasikan oleh situs Hidayatullah.com tanggal 7 Agustus 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat