Senin, 26 Mei 2025

Kisah Kudeta yang Gagal di Uni Soviet

Empat bulan sebelum runtuhnya Uni Soviet, negara itu hampir saja dilanda perang saudara. Beberapa elit politik dan militer negara tersebut berupaya melakukan kudeta pada Agustus 1991. Upaya kudeta itu gagal, bahkan memunculkan sosok baru yang kemudian menjadi pemimpin pertama Rusia.

Kita awali kisah ini dengan naiknya Mikhail Gorbachev menjadi pemimpin Uni Soviet pada 11 Maret 1985 atau enam tahun sebelum peristiwa kudeta tersebut. Gorbachev menjadi pemimpin Uni Soviet ketika negara itu kehilangan masa jayanya. Sistem komunis yang selama ini dianut negara itu sudah tak lagi dipercaya rakyat bakal membawa mereka ke surga sebagaimana dijanjikan para elit mereka.

Untuk mengatasi kekisruhan yang semakin menjadi-jadi di negaranya, Gorbachev memunculkan dua gagasan yang dianggap gila oleh lawan politiknya. Kedua gagasan tersebut dikenal dengan sebutan Glasnost dan Perestroika.

Glasnost berarti pemerintah Soviet tidak akan mengontrol pers dan mulai terbuka kepada rakyat soal pemerintahan. Bahkan, mereka akan membuka ulang sejarah kelam yang selama ini ditutup-tutupi oleh Lenin dan Stalin. Hal ini jelas memberikan kesan bahwa selama ini pemerintah Soviet telah membohongi rakyat dengan sistem komunisnya.

Sedang perestroika adalah reformasi ekonomi. Soviet mulai mengizinkan hak milik secara individu, aturan mengenai perdagangan bebas mulai dilonggarkan, dan yang paling mencengangkan adalah Gorbachev mulai melunak dengan rivalnya, Amerika Serikat. 

Banyak kalangan elit politik dan elit militer yang tidak setuju dengan kebijakan ini. Mereka antara lain Wakil Presiden Gennady Yanayev, Perdana Menteri Valentin Pavov, Mendagri Boris Pugo, Menhan Dmitry Yazof, dan Kepala KGB Vladimir Kryuchkov. Awal tahun 1991, para elit politik yang berseberangan dengan Gorbachev ini berencana melakukan kudeta.

Cerita tentang kudeta ini dimulai pada 18 Agustus 1991. Ketika itu Presiden Gorbachev sedang berlibur di villa kepresidenan di Krimea. Sejumlah elit militer dengan pasukan lengkap mendatangi Gorbachev dan meminta agar Gorbachev segera menyerahkan kekuasaannya kepada Wakil Presiden, Gennady Yanayev. 

Jalur telepon diputus. Gorbachev ditahan di vila kepresidenan. Para elit politik datang ke Gedung Putih Moskow dengan pasukan lengkap. Mereka juga menyiarkan di televisi Rusia bahwa Presiden Gorbachev sedang sakit dan telah menyerahkan kekuasaan kepada Yanayev. 

Di saat yang genting itu, muncullah sosok Boris Yeltsin sebagai pahlawan Soviet. Ia berorasi di balkon Gedung Putih Moskow, meminta agar rakyat tidak terprovokasi dengan seruan kudeta ini dan tetap mendukung pemerintahan Gorbachev. 

Para elit militer yang melakukan kudeta kemudian memerintahkan kepada pasukan yang berada di lokasi untuk menembak Boris Yeltsin. Namun, tak ada seorang pun dari pasukan yang memenuhi permintaan tersebut. Rupanya mereka sudah terpengaruh dengan orasi yang disampaikan Boris Yeltsin sehingga tak ada satu peluru pun yang ditembakkan.

Kudeta yang berlangsung pada 22 Agustus 1991 ini gagal. Para pelaku kudeta kemudian ditangkap. Setelah aksi kudeta itu selesai, pengaruh Gorbachev menjadi sangat lemah dan memunculkan sosok baru Boris Yeltsin. Bahkan, setelah Uni Soviet bubar pada 26 Desember 1991, Yeltsin diangkat menjadi presiden pertama Rusia. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat