“... Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama …,” (Fathir [35]: 28).
o0o
Dulu, khalifah Harun ar Rasyid pernah mengutus wazir (pembantu)-nya menghadap Imam Malik. Tujuannya menyampaikan pesan agar sang imam mau datang kepadanya dan membacakan kitab al-Muwattha’ untuknya.
Imam Malik lalu berkata kepada sang wazir. “Sampaikanlah salamku (untuk khalifah), dan katakan padanya, ‘ilmu itu harus dikunjungi, bukan mengunjungi. Ilmu itu harus didatangi, bukan mendatangi,’.”
Mendapati jawaban seperti itu, Khalifah Harun ar-Rasyid patuh. Ia mendatangi majelis Imam Malik untuk mendengarkan pembacaan kitab al-Muwattha’.
Tak sekadar itu, sang Khalifah sempat ditegur oleh Imam Malik karena kedapatan bersandar saat sang imam membacakan kitabnya. Menurut Imam Malik, bersandar dalam majelis ilmu bukanlah adab yang baik . Lagi-lagi sang Khalifah taat dan patuh kepada sang ‘alim ini.
Ulama begitu dihormati ketika itu. Bahkan khalifah sekalipun, amat memuliakan ulama. Hal ini berkebalikan dengan keadaan sekarang. Ulama kerap "diadu" dengan politisi, bahkan dengan selebriti, lalu ditonton beramai-ramai di televisi. Bukan untuk mencari kebenaran, melainkan sekadar tontonan belaka.
BACA JUGA: Ayo Tadabbur Qur'an
Di era keterbukaan informasi seperti sekarang ini, masyarakat mulai berani mendebat ulama. Padahal ilmu mereka baru sejengkal.
Cara mereka mendebat pun jauh dari akhlak mulia. Mereka berani ponggah di depan ulama. Fatwa-fatwa ulama menjadi tumpul. Nasehat ulama tak didengarkan, kalah dengan celotehan para selebritis. Bahkan, al-Qur'an pun sudah terang-terangan mereka nistakan.
Perkembangan teknologi informasi memang tak bisa kita cegah. Setiap orang bebas bicara. Ini memaksa ulama tampil ke atas gelanggang. Jika tidak, umat akan kian tersesat. Dan, di atas gelanggang itulah, mereka terpaksa menerima berbagai penistaan. Naudzubillah!
Padahal Allah Ta'ala begitu memuliakan ulama. Kata Allah Ta'ala dalam al-Qur'an surat al-Mujadalah [58] ayat 11, "Derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu (ulama) lebih tinggi dibanding kebanyakan orang."
Rasulullah SAW juga memerintahkan umatnya agar memuliakan ulama. Sebab, kata Rasulullah SAW dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Hibban, dan al-Baihaqi, ulama adalah pewaris para Nabi.
Rasulullah SAW juga mengatakan, sebagaimana dikutip dari Hadits yang diriwayatkan Bukhari, siapa pun yang memusuhi wali Allah maka Allah Ta'ala akan mengumumkan perang kepadanya. Imam Syafii menjelaskan bahwa wali dalam Hadits ini bermakna ulama.
Ikrimah, seorang tabi’in mengatakan, “Janganlah kamu menyakiti ulama. Sebab, barang siapa menyakiti ulama, berarti dia telah menyakiti Rasulullah SAW.”
Ulama yang lain, al-Hasan bin Dzakwan, mengatakan, “Janganlah kamu menyebutkan kejelekan ulama, karena Allah akan mematikan hatimu.”
Muliakanlah ulama! Karena mereka adalah orang-orang yang sangat takut kepada Allah Ta'ala. Muliakanlah ulama! Karena merekalah pewaris Nabi. ***
(Dipublikasikan di Majalah Suara Hidayatullah edisi Nopember 2016)