Laman

Rabu, 16 Juli 2025

Makkah di Antara Dua Raksasa di Masa Rasulullah

Pada abad kelahiran Rasulullah Saw., ada dua raksasa yang tengah berebut pengaruh di dunia. Pertama, Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium. Kedua, Kerajaan Persia.


Romawi berada di bagian barat Makkah. Wilayahnya mencakup Syam (Suriah, Palestina, Yordania), Mesir, dan wilayah di sekitar Laut Tengah. Provinsi Romawi yang paling dekat dengan Makkah saat itu adalah Arabia Petraea dan Yudea (sekarang dikenal dengan Palestina).

Sedang Persia berada di sebelah timur Makkah, tepatnya di timur laut. Wilayahnya mencakup Iran sekarang, meluas ke arah Mesopotamia (Irak), dan kadang sampai ke Asia Tengah. Jika kita berjalan dari Makkah menuju Persia kita harus melintasi gurun,  melewati wilayah Irak sekarang, baru sampai ke Iran (Persia).

Kita telah banyak membahas Romawi pada artikel-artikel sebelumnya. Namun, kita belum mengupas kembali apa yang terjadi dengan Kekaisaran Persia setelah dikalahkan oleh Yunani menjelang akhir abad ke 4 SM. Ketika itu Darius Agung, raja Persia dari Dinasti Achaemenid, dibunuh oleh anggota pasukannya sendiri saat berhadapan dengan pasukan Aleksander the Great dari Makedonia (Yunani).


Setelah kekalahan tersebut Aleksander mengambil alih seluruh wilayah Persia, mulai dari Asia Kecil (Turki), Mesopotamia, Persia, hingga ke India barat. Ia mencoba menyatukan budaya Yunani dan Persia dengan cara menikahi Roxana, bangsawan wanita dari Baktria (sekarang wilayah Afghanistan dan Tajikistan), bagian dari  kekaisaran Persia. Roxana adalah isteri pertama Aleksander.

Tak cuma Roxana, Aleksander juga menikahi Putri dari Raja Darius III (raja terakhir Persia Achaemenid), yakni Stateira II, sebagai isteri kedua. Pernikahan berlangsung pada tahun 324 SM di kota Susa. Alexander juga menikahkan banyak perwira Makedonia dengan wanita bangsawan Persia, untuk mempersatukan budaya Yunani dan Persia.

Namun, pemerintahan Aleksander tidak berlangsung lama. Ia meninggal tahun 323 SM di Babilonia pada usia 32 tahun. Setelah itu wilayah kekaisaran Yunani terpecah dalam Perang Diadokhoi (perang para jenderal). Wilayah Persia jatuh ke tangan Seleukos I Nikator, yang mendirikan Dinasti Seleukid (312–63 SM) sebagaimana pernah diceritakan sebelumnya.

Dinasti Seleukid membawa pengaruh budaya Yunani ke Persia (Hellenisasi), tetapi tetap berbaur dengan budaya lokal Persia. Namun, lama-lama pemerintahan Seleukid yang tidak stabil mengalami kesulitan mengendalikan wilayah timur yang luas dan penuh gejolak. 

Pada pertengahan abad ke-3 SM, muncul pemberontakan lokal di wilayah timur Persia yang dipimpin oleh Arsakes I dari suku Parni, yang kemudian mendirikan Kekaisaran Parthia. Bahkan pada tahun 247 SM,
Parthia berhasil mengusir Seleukia dari Iran dan secara bertahap menguasai kembali banyak wilayah bekas Kekaisaran Achaemenid. 

Parthia cukup lama berkuasa di Persia. Barulah pada tahun 224 M, Ardashir I berhasil menggulingkan kekuasaan Parthia dan mendirikan Dinasti Sasaniyah.

Dinasti Sasaniyah menghidupkan kembali banyak unsur budaya, agama (Zoroastrianisme), dan sistem administratif Persia kuno. Kekaisaran Sasaniyah mencapai puncak kejayaannya dan kembali menjadi rival utama Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) hingga pada saat Islam datang. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat