Laman

Selasa, 26 April 2022

Percayalah, Sedekahmu Amat Bermanfaat Buatmu di Akhirat

Tak semua orang ditakdirkan kaya. Ada di antara kita yang tak punya harta,  pekerjaan pun tak menentu. Sementara ada pula yang berlimpah harta. Mau ini ada, mau itu juga mudah.


Sebagian dari mereka yang tak punya harta merasa bingung ketika dimintai sumbangan untuk sebuah kegiatan amal. Mau ikut berpartisipasi, tak punya cukup uang. Kalau pun dipaksakan memberi, ya laksana menggarami air laut. Pemberiannya tak berarti apa-apa. 

Lalu bagaimana Islam melihat fenomena itu? Mari kita simak kisah saat menjelang Perang Tabuk. Ketika itu, Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam (SAW) meminta para sahabat dan kaum Muslim ikut berpartisipasi menyumbangkan hartanya guna membiayai perang tersebut.

Sahabat Rasulullah SAW, Abu Bakar Ra, menyerahkan seluruh hartanya. Sedang Sahabat yang lain, Umar bin Khattab Ra, menyerahkan separuh hartanya. Utsman bin Affan menginfaqkan 300 ekor unta dengan perlengkapannya, plus uang 1.000 Dinar. Abdurrahman bin Auf tak mau ketinggalan. Ia menginfakkan hartanya senilai 4 ribu dirham perak dan 40 ribu dinar emas.

Inilah sederet nama sahabat yang memiliki kelapangan rezeki. Mereka telah menginfakkan hartanya dengan jumlah yang sangat besar.

Pada saat yang sama, ada seorang sahabat yang miskin bernama Abu Uqail. Ia juga ingin berinfak, namun tidak memiliki harta. Hidupnya susah dan sulit. Lalu ia datang kepada Rasulullah SAW dengan membawa satu sha' kurma (setara dengan 3 kg).

"Aku telah menghabiskan waktu malamku dengan mencari air menggunakan untaku dengan upah dua sha (kurma) ini. Demi Allah, aku tidak mempunyai apa pun selain ini. Karena itu, aku membawa satu sha' (untuk aku infakkan) dan meninggalkan satu sha' untuk keluargaku," ujar Abu Uqail.

Meskipun jumlah yang diinfakkan Abu Uqail tak banyak, namun sesungguhnya jumlah itu sama dengan setengah dari harta yang ia miliki. Sesungguhnya, tingkat pengorbanan Abu Uqail sama dengan Umar bin Khattab yang juga menyerahkan setengah dari harta yang ia miliki. Begitulah Islam mengajarkan kepada kita. Islam tidak melihat jumlahnya, namun pengorabannya.

Karena itulah Rasulullah SAW mengingatkan kita agar tidak segan dan malu bersedekah, walaupun hanya dengan sebiji kurma. Beliau bersabda, "Jauhkanlah dirimu dari api neraka walaupun (hanya) dengan (bersedekah) sebutir kurma." (Muttafaq alaih).

Dari sebiji kurma itu, di akhirat kelak, akan berbiak menjadi banyak. Allah Ta'ala berfirman dalam al-Qur'an surat Al-Baqarah [2] ayat 261:

مَّثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ  ۗ وَاللَّهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَشَآءُ  ۗ وَاللَّهُ وٰسِعٌ عَلِيمٌ

"Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui."

Sebaliknya, orang yang kikir dari berinfak, akan dilaknat oleh para malaikat. Rasulullah SAW bersabda, dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan Muslim, "Tidaklah seorang hamba memasuki waktu pagi pada setiap harinya, kecuali ada dua malaikat yang turun. Salah satunya memohon, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi dermawan yang menyedekahkan hartanya.' Dan satu lagi memohon, 'Ya Allah, musnahkanlah harta si bakhil'."

Dalam suatu Hadits yang diriwayatkan Bukhari diceritakan bahwa Rasulullah SAW bertanya kepada sahabatnya, "Siapakah di antara kalian yang harta ahli warisnya lebih ia cintai dari pada hartanya sendiri?"

Para sahabat menjawab, "Tidak ada di antara kami kecuali hartanya (sendiri) lebih ia cintai." 

Rasulullah SAW berkata lagi, "Sungguh hartanya adalah apa yang telah ia infakkan dan harta ahli warisnya adalah yang ia tinggalkan (tidak diinfakkan)."

Jadi, mari kita jalani hari-hari kita dengan rasa syukur dan sabar, apa pun keadaan kita saat ini. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat