Laman

Sabtu, 05 Februari 2022

Dari Keluarga Menuju Jamaah

Dakwah, bila dilakukan secara konsisten, akan terbangun lingkungan yang memiliki tatanan sesuai petunjuk wahyu. Mulai dari lingkungan terkecil seperti keluarga, hingga lingkungan yang lebih besar seperti jamaah.


Dakwah, bila dilakukan secara sitematis, akan menghasilkan keluarga-keluarga yang Rabbaniyyah. Artinya, keluarga yang senantiasa berhubungan dengan Rabb-nya, yakni Allah Ta'ala

Pembinaan keluarga-keluarga ini menjadi penting. Sebab, mereka adalah  komponen terkecil suatu peradaban. Karena itu, dakwah harus dimulai dari sini, sebagaimana dulu Rasulullah SAW juga memulai dakwah dari keluarganya. 

Setelah terbangun keluarga-keluarga Rabbaniyyah, maka dakwah harus berlanjut ke lingkungan yang lebih luas. Pada tahapan ini, kita perlu membangun pusat dakwah sebagai tempat untuk berjamaah. 

Pusat dakwah tersebut adalah masjid. Dulu pun Rasulullah SAW  membangun masjid Nabawi setibanya di Madinah. Inilah pusat peradaban yang akan terus berkembang. Di sinilah jamaah membentuk shaf yang rapat dan rapi di bawah satu komando imam. Di sini pula tempat semua persoalan dicarikan solusinya. 

Pada masa Rasulullah SAW juga begitu. Rasulullah SAW membangun peradaban kecil yang berpusat di Masjid Nabawi. Di masjid inilah beliau berbincang-bincang dengan para sahabatnya, mendiskusikan segala persoalan, baik sosial, ekonomi, bahkan juga politik dan strategi perang. 

Lalu perlahan-lahan, dari Masjid Nabawi, kekuasaan Islam mulai meluas hingga ke seluruh Madinah. Kemudian membesar hingga ke wilayah-wilayah sekitar Madinah. Bahkan, pada zaman Umar bin Khaththab, wilayah Islam semakin meluas, meliputi semenanjung Arabia, Palestina, Suriah, Irak, Persia, dan Mesir.

Namun, karena ini butuh proses yang lama, boleh jadi sepanjang hidup kita, peradaban Islam sebagaimana dulu Rasulullah SAW bangun di Madinah tak pernah tegak. Tak mengapa! Sebab, tujuan akhir hidup kita bukan itu. 

Jika tujuan akhir hidup seorang Muslim adalah tegaknya peradaban Islam sebagaimana Madinah di masa Rasulullah SAW maka betapa banyaknya kaum Muslim yang gagal dalam hidupnya karena keburu meninggal sebelum peradaban seperti itu berdiri.

Tujuan akhir hidup kita adalah mencari ridho Allah Ta'ala. Adapun  ikhtiar membangun peradaban Islam sebagai bagian dari upaya mencari ridho Allah Ta'ala, bisa kita mulai dari keluarga masing-masing. Jika keluarga Rabbaniyyah sudah terbentuk maka itu berarti kita telah berhasil membangun peradaban Islam dalam level yang kecil.

Selanjutnya kita tak boleh berpuas diri dengan level sekecil itu. Kita harus mulai melibatkan diri dalam upaya membangun peradaban yang lebih besar di lingkungan sekitar. Begitulah seterusnya. 

Tahapan-tahapan seperti ini harus kita lalui dengan sabar hingga suatu saat kelak, jika Allah Ta'ala menghendaki, terbangunlah peradaban Islam sebagaimana dulu Rasulullah SAW membangun Madinah.

Bagi Allah Ta'ala, sangat mudah membuat dunia ini menjadi berperadaban Islam. Hanya dengan mengatakan "kun (jadilah)", maka tegaklah peradaban Islam. 

Hal ini difirmankan oleh Allah Ta'ala dalam al-Qur'an surat Yunus [10] ayat 99, "Dan jikal Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?"

Agaknya Allah Ta'ala tengah menguji seberapa besar kesabaran kita dan seberapa tangguh keimanan kita.

Wallahu a'lam. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar yang bermanfaat