Seringkali kita dengar orang-orang membagi ilmu menjadi dua. Ada ilmu-ilmu umum, ada pula ilmu-ilmu agama.
Ilmu umum, kata mereka, contohnya biologi, fisika, matematika, ekonomi, komputer, bahasa, sosiologi, dan lain-lain. Sedang ilmu-ilmu agama ya ibadah, fiqh, al-Qur'an, Hadits, dan sebagainya.
Pembagian ilmu seperti itu menyebabkan di sekolah-sekolah umum, bahkan di sekolah-sekolah berbasis Islam, menempatkan agama sebagai mata pelajaran sendiri. Seakan-akan mereka ingin menunjukkan bahwa jika Anda mau belajar agama ya silahkan ikuti mata pelajaran agama. Di luar itu, tidak belajar agama.
Bahkan, kerap kita saksikan di sekolah-sekolah swasta yang bukan berbasis agama, para siswa yang beragama Islam diminta berpakaian Muslim setiap hari Jum'at. Pada hari itu, siswi mengenakan jilbab sedang siswa berpakaian koko. Namun, di hari yang lain, para siswi boleh melepas kembali jilbabnya.
Pembagian ilmu seperti ini, menurut pandangan umum (awam), lumrah saja. Bahkan, patut disyukuri bahwa ilmu agama masih diajarkan di sekolah-sekolah umum.
Begitu juga kewajiban berbusana Muslim setiap hari Jumat, patut diapresiasi. Sebab, para siswi sudah dikenalkan dengan busana yang seharusnya mereka kenakan. Siapa tahu hidayah turun kepada mereka, lalu mereka terus mengenakan jilbab di luar hari Jum'at.
Namun, jika tak hati-hati, pembagian ilmu seperti ini bisa menyebabkan kita salah persepsi. Urusan dunia dan urusan akhirat dianggap dua bab yang berbeda. Padahal, tidak seperti itu. Justru urusan akhirat amat ditentukan oleh urusan dunia. Keduanya tak bisa dipisahkan.
Memisahkan antara urusan dunia dan akhirat menjadi ciri kaum liberalisme. Menurut mereka, agama hanya ada di masjid atau tempat-tempat pribadi. Di luar itu, agama tak boleh ikut campur. Padahal, Islam mengatur hidup manusia di mana pun ia berada, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi.
Tentang ilmu, Islam memang membaginya menjadi dua, tapi bukan ilmu agama dan imu umum. Islam mengenal dua jenis ilmu, yakni kauniyah dan kauliyah.
Ilmu kauniyah berarti ilmu Allah Ta'ala yang berupa alam semesta dengan seluruh hukum yang menyertainya. Tentang hal ini, Allah Ta'ala berfirman dalam al-Qur'an surat Ar Ra'd [13] ayat 3 dan 4.
"Dan Dia yang menghamparkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai di atasnya. Dan padanya Dia menjadikan semua buah-buahan berpasang-pasangan; Dia menutupkan malam kepada siang. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir."
"Dan di bumi terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, pohon kurma yang bercabang, dan yang tidak bercabang; disirami dengan air yang sama, tetapi Kami lebihkan tanaman yang satu dari yang lainnya dalam hal rasanya. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti."
Dengan demikian, seluruh fenomena alam, termasuk benda, kejadian, peristiwa, yang ada di sekeliling manusia, disebut ilmu kauniyah. Ilmu-ilmu biologi, fisika, kimia, komputer, dan lain-lain, termasuk dalam kelompok ilmu ini.
Sedangkan ilmu qauliyah berarti ilmu-ilmu Allah Ta'ala dalam bentuk wahyu-Nya yang terdapat dalam al-Qur'an dan as-Sunnah. Ada sejumlah ayat dalam al-Qur'an yang menjelaskan tentang ilmu qauliyah. Satu di antaranya adalah surat Asy-Syura [42] ayat 51:
"Dan tidaklah patut bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara kepadanya kecuali dengan perantaraan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengutus utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Tinggi, Maha Bijaksana."
Jika kita bandingkan antara ilmu Allah Ta'ala dengan ilmu mahluk-Nya, maka amat tak sebanding. "Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabbku ...," firman Allah Ta'ala dalam al-Qur'an surat al-Kahfi [18] ayat109, "... sungguh habislah lautan itu sebelum kalimat-kalimat Rabbku habis (ditulis), meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)."
Dalam ayat yang lain Allah Ta'ala berfirman, "Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya kalimat Allâh tidak akan habis ditulis," (Luqman [31]:27).
Jadi, esensinya, semua ilmu di dunia ini adalah ilmu Allah. Jika kita pelajari secara benar maka seyogyanya akan mengantar kita lebih dekat kepada-Nya. Namun, jika kita salah memaknainya, maka ilmu-ilmu tersebut tak akan berpengaruh apa-apa pada keimanan kita.
Nah, memisahkan antara ilmu agama dan ilmu umum, jika tidak hati-hati, berpeluang membuat kita salah memaknai ilmu tersebut.
Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat