Pada September 2021, berkumpul para dai pedalaman Hidayatullah di suatu tempat dan saya diminta memberikan kiat menulis kepada mereka. Ternyata, ketika saya tanya, tak ada satu pun di antara mereka yang terbiasa menulis.
Lalu, ketimbang mengajar mereka kiat menulis, saya lebih tertarik mengajak mereka ngobrol. Saya pikir, ini akan lebih mengena. Saya awali obrolan tersebut dengan sebuah pertanyaan, "Apa sih yang sulit diajarkan kepada para dai muda di pesantren atau madrasah?"
Di negeri ini sebenarnya ada banyak sekali pesantren atau madrasah yang tentu saja mengajarkan al-Qur'an, Hadits, sejarah, atau kitab-kitab para ulama. Setiap tahun, ribuan santri lulus dari pesantren tersebut. Mereka telah paham al-Qur'an, telah mengerti Hadits, telah memahami sejarah, dan telah membaca pendapat para ulama.
Tapi, mengapa ketika mengunjungi daerah pedalaman, wilayah terpencil, atau kawasan terluar, kita sulit menemukan dai? Ke mana ribuan dai muda yang telah lulus tersebut? Apakah mereka merasa khawatir dengan kehidupan, keselamatan, dan masa depan, ketika tinggal dan berdakwah di pedalaman? Padahal, masyarakat di sana sangat butuh dai untuk sekadar mengajar baca al-Qur'an, atau menjadi imam untuk mereka.
Inilah yang sulit diajarkan kepada para santri atau dai-dai muda di pesantren. Yakni, keyakinan bahwa pertolongan Allah Ta'ala akan datang manakala kita membantu agama Allah. Ini tertuang dalam al-Qur'an surat Muhammad [47] ayat 7 "Wahai orang-orang yang beriman, siapa saja yang membantu agama Allah maka Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu."
Percayakah mereka dengan ayat ini? Kalau benar-benar percaya, ayo ajak mereka berdakwah ke pulau-pulau kecil dan terluar, ke dusun-dusun terpencil, tinggal di sana dan bantu agama Allah Ta'ala, lalu lihat bagaimana Allah Ta'ala akan membantu mereka yang menghabiskan waktunya untuk dakwah ini.
Inilah yang sulit. Meyakinkan para dai muda untuk bersedia pergi berdakwah ke daerah pedalaman, menetap di sana, itu tidak mudah.
Tapi, alhamdulillah, Hidayatullah bisa melakukannya. Banyak dai Hidayatullah yang bersedia dikirim ke daerah-daerah terpencil. Bahkan sejak berdirinya Hidayatullah, pengiriman dai ke daerah pedalaman dan terpencil sudah dilakukan. Mereka betah tinggal berlama-lama di sana.
Itu berarti, dai-dai Hidayatullah telah membuktikan kebenaran surat Muhammad [47] ayat 7 tersebut. Mereka telah merasakan bahwa pertolongan Allah itu dekat. Mereka punya segudang cerita soal ini.
Cuma, para dai tersebut tak banyak bercerita tentang kebenaran ayat tersebut. Mereka hanya merasakan sendiri, belum mau berbagi cerita kepada kepada orang lain. Padahal, siapa lagi yang bisa meyakinkan kebenaran ayat itu kalau bukan mereka yang merasakannya sendiri?
Lalu bagaimana para dai tersebut harus bercerita? Jawabnya, lewat tulisan! Itu salah satu cara paling mudah. Ceritakanlah kepada dunia tentang harapan yang ingin mereka bangun, atau tentang keinginan sederhana masyarakat yang tinggal di tempat-tempat terpelosok untuk belajar Islam. Kisahkan tentang tantangan yang harus dihadapi, juga tentang kesabaran yang harus diperbanyak.
Boleh jadi lewat tulisan-tulisan tersebut, Allah Ta'ala gerakkan hati para dai muda yang tengah menimba ilmu di pesantren-pesantren untuk ikut berjuang di daerah-daerah terpencil. Bisa jadi pula lewat tulisan-tulisan tersebut Allah Ta'ala tumbuhkan niat para dermawan untuk membantu dakwah para dai pedalaman.
Katakanlah kepada dunia lewat tulisan bahwa kami akan terus berdakwah di sini, tanpa kalian atau dengan kalian. Kami hanya mengabarkan kepada kalian tentang daerah yang rindu akan sentuhan dakwah. Jika kalian bersedia bergabung bersama kami, marilah kemari! Jika kalian mau membantu dakwah kami, bantulah semampu kalian.
Nah, agar bisa mengabarkan tentang itu semua, dai harus bisa menulis! ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar yang bermanfaat